Mendidik Anak Supaya Tidak Melampiaskan Emosi Dengan Cara Makan

Mendidik Anak Supaya Tidak Melampiaskan Emosi Dengan Cara Makan
Banyak orang umumnya berusaha mengalihkan perasaan negatif melalui makan. Saat Anda sedang stres, kesepian, duka, cemas, atau bosan, mungkin Anda akan menyantap makanan selera supaya merasa lebih baik. Kebiasaan makan dikala emosi disebut emotional eating, yaitu kegiatan makan untuk melampiaskan emosi, bukan sebab lapar atau butuh makan.

Sayangnya, tanpa Anda sadari, gaya makan Anda sebagai orang tua memiliki pengaruh akbar terhadap norma makan anak-anak. Bahkan ucapan, Hari ini melelahkan, Ibu jadi ingin makan es krim, mampu menciptakan anak Anda berpikir bahwa mereka boleh makan apa pun yang diinginkan dikala merasa lelah. Sehingga jangan heran jikalau anak Anda akan berkata, Ibu, aku capek daritadi jalan terus? Kita makan es krim saja, ya?.

Sebuah penelitian di Norwegia telah menemukan bahwa waktu orang tua menyogok anak berusia 4 & 6 tahun bersama makanan, anak-anak tersebut cenderung punya norma makan dikala emosi di usia 8 & 10 tahun.

Apakah anak saya artinya seseorang emotional eater?

Lalu bagaimana bersama putra & putri Anda sendiri? Apakah selama ini secara sadar maupun tidak, Anda melatih anak untuk makan dikala emosi? Berikut artinya beberapa hal yang mampu Anda tanyakan ke diri Anda sendiri.

Apakah Anda selalu menyampaikan makanan atau minuman dikala anak Anda menangis atau duka?
Apakah Anda selalu menyampaikan makanan atau minuman dikala anak Anda mengamuk (tantrum)?
Apakah Anda selalu menyampaikan makanan atau minuman sebagai hadiah atas keberhasilan anak Anda?
Apakah Anda selalu menyampaikan makanan atau minuman dikala hendak meninggalkan anak seseorang diri?
Apakah Anda terbiasa makan di depan anak Anda dikala merasa kecewa, duka, atau perasaan negatif lainnya?

Bika seluruh jawabannya ya, maka Anda secara tidak eksklusif mendidik anak Anda menjadi seseorang emotional eater.

Anak-anak menyebarkan norma makan bersama cara mengamati bagaimana orangtua atau pengasuh mereka makan. Bika mereka melihat orang tua atau pengasuh mereka makan makanan mirip es krim, cokelat, junk food, & lainnya dikala emosi, maka anak-anak pun akan meniru norma makan dikala emosi. 

Bagaimana cara mencegah anak makan dikala emosi?

1. Beri tahu anak mengapa & kapan mereka makan

Langkah pertama artinya beri tahu anak Anda bahwa makan artinya aktivitas yang dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi rasa lapar. Jadi, mereka boleh makan dikala mereka lapar & berhenti dikala kenyang.

dua. Jangan eksklusif makan, tunggu dulu sampai emosinya reda

Saat perasaan negatif timbul, tidak jarang anak akan eksklusif mengambil makanan yang mereka sukai tanpa berpikir apakah mereka sungguh lapar atau sekedar ingin melampiaskan emosi sesaat.

Oleh karenanya, waktu anak sudah mulai merengek minta makan, tegaskan bahwa ia baru boleh makan waktu sudah tidak emosi lagi. Misalnya kalau sudah berhenti menangis atau mengamuk. Biasanya, selesainya emosinya reda, anak sudah tidak begitu ingin makan lagi.

Lama-lama, anak pun akan terbiasa untuk berusaha menenangkan diri dulu dikala emosi, bukannya eksklusif makan.

3. Alihkan perhatian anak bersama kegiatan lain

Beri pemahaman bahwa perasaan negatif mirip duka, kecewa, & murka artinya emosi yang lumrah & mampu diterima. Jadi, jangan biasakan anak Anda untuk memakai makanan sebagai pengalih perhatian berasal perasaan negatif tersebut.

Lebih baik Anda membantu mereka untuk mengatasi perasaan negatif tersebut & bantu mereka temukan alternatif untuk mengatasinya. Misalnya bersama jalan-jalan ke luar rumah, naik sepeda, curhat pada orangtua, mendengarkan musik, & lainnya.

Bagaimana jikalau seluruh cara di atas tidak berhasil?

Bika Anda sudah mulai khawatir bersama norma makan anak Anda, konsultasikan bersama dokter anak. Dokter akan membantu Anda mengatasi norma makan anak Anda untuk mencegah terjadinya kenaikan berat badan berlebih yang menaikkan risiko obesitas pada anak Anda.
loading...

0 komentar untuk Mendidik Anak Supaya Tidak Melampiaskan Emosi Dengan Cara Makan