Intensive Behavioural Intervention (IBI) di Sekolah untuk Anak Autis

Intensive Behavioural Intervention
Baru-baru ini, autisme tak jarang mendapat perhatian media. Salah satu alasannya karena peningkatan pesat jumlah penderitanya. Meskipun dulunya autisme dipercaya penyakit langka yang menimpa hanya 2-4 dari 10.000 anak, beberapa studi yang dilakukan sejak akhir 1990-an telah melaporkan penderita autisme meningkat menjadi 60 dari 10.000 anak.

Dengan meningkatnya anggapan frekuensi  tersebut, banyak media fokus pada Intensive Behavioural Intervention (IBI). IBI merupakan pengobatan terstruktur, ketat, & padat karya untuk anak-anak autis. Orangtua ingin anak-anak autis mereka untuk menerima terapi IBI di sekolah, tetapi sebagian akbar sekolah tak mengimplementasikan hal ini. Padahal, keberhasilan IBI telah didokumentasikan, & kalangan profesional telah mengakui IBI sebagai terapi yang paling sukses untuk autisme.

Apa itu autisme?

Autisme merupakan keadaan biologis yang bersifat seumur hidup, berupa cacat perkembangan yang terlihat jelas dalam beberapa tahun pertama setelah lahir. Hal ini terkait beserta berbagai kemampuan, pola gejala, & tingkat keparahan, maka dari itu dipercaya sebagai gangguan spektrum. Karena sifatnya yang kompleks, autism bisa sulit untuk didiagnosis. Pengobatan bervariasi sesuai latar belakang dokter yang menanganinya.

Tidak ada tes diagnostik medis yang mutlak untuk autisme. Diagnosis berdasarkanpada perilaku anak. Seorang anak bisa didiagnosis autisme jika menunjukkan penurunan tajam dalam interaksi sosial, komunikasi, pola tingkah laris, aktivitas, & semangatnya. Perilaku anak autis sangat jelas berbeda beserta anak normal.

Banyak anak autis memenuhi kriteria untuk keterbelakangan mental. Namun, gangguan kognitif ada di sebuah kontinum dari yang berfungsi rendah hingga berfungsi tinggi. Selain itu, beberapa fungsi kognitif mungkin terganggu, ad interim yang lain tetap utuh Akibatnya, banyak anak-anak autis memiliki pulau kemampuan. Contoh ekstrem dari ini merupakan adanya kemampuan bak orang jenius yang terjadi dalam persentase rendah pada individu beserta autisme.. Kenjeniusan ini biasanya fokus pada bidang tertentu: musik, menggambar, kalender, atau bentuk-bentuk khusus lainnya dari perhitungan matematis.

Lebih dari setengah anak-anak autisme tidak bisa memakai bahasa beserta betul. Anak-anak autis mengalami kesulitan memakai bahasa dalam konteks sosial & komunikatif, & kesulitan memahami klarifikasi non harafiah. Bahkan anak-anak aktif beserta autisme memiliki banyak kesulitan memahami pikiran, perasaan, & niat orang lain.

Apa itu IBI?

IBI memakai teknik Analisis Perilaku Terapan (ABA) untuk memperbaiki perilaku yang terkait beserta gangguan keterampilan pada sosialisasi & komunikasi. Teknik ABA berdasarkanpada prinsip-prinsip perilaku psikologi. Menurut pendekatan ini, perilaku & pembelajaran ditentukan sang kejadian-kejadian di lingkungan kurang lebih. Setelah tingkah laris terjadi, konsekuensi positif akan meningkatkan kemungkinan tingkah laris itu akan terjadi lagi, ad interim konsekuensi negatif akan mengurangi kemungkinan tingkah laris berulang. Dalam beberapa kasus, sangat sulit untuk mengetahui tingkah laris apa yang menandakan autisme, atau bagaimana konsekuensi tertentu dipercaya positif. Instruktur terlatih dalam IBI bisa menganalisis & menyusun pendekatan untuk meningkatkan frekuensi perilaku adaptif, & mengurangi frekuensi perilaku disfungsional. Caranya merupakan beserta memecah tingkah laris tertentu menjadi komponen pembelajaran mungil & kemudian menjadi komponen perilaku yang diinginkan beserta memakai penguatan positif. Setiap respon dicatat & dinilai. Hal ini memungkinkan penyesuaian terhadap proses pengajaran jika hasil yang diinginkan tidak tercapai. Akibatnya, setiap program IBI didesain secara individual & sangat padat karya.

Program IBI di sekolah

Penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak autis yang membuatkan beberapa bahasa & keterampilan komunikatif sebelum usia sekolah memiliki prognosis yang lebih baik daripada mereka yang tidak. Akibatnya ada dorongan yang kuat untuk membuatkan keterampilan ini sesegera mungkin. Baru pada tahun 1960-an peneliti bisa mengajar berbicara untuk anak-anak autis memakai program interaksi khusus yang sistematis. Sejak itu, penelitian terus menunjukkan bahwa anak-anak autis bisa belajar banyak beserta instruksi yang tepat.

Meskipun anak-anak pra-sekolah memiliki akses ke program IBI atau variasi sesuai teknik ABA melalui beberapa program, hal ini tidak tersedia setelah mereka masuk sekolah. Ada banyak alasan untuk ini, salah satu alasan utamanya merupakan masalah biaya. Selain itu, program IBI tidak bisa diterapkan untuk semua anak-anak autis, & indikator tepat untuk mengidentifikasi siapa yang akan mendapatkan program IBI belum dikembangkan.

Sebagai cara lain untuk IBI, banyak sekolah memiliki program pendidikan khusus yang mencoba untuk mengatasi masalah belajar bagi anak-anak autis. Bika program ini memiliki manajemen yang baik, mereka bisa mengontrol masalah perilaku. Selain itu, jika mereka sangat terstruktur & mengikuti langkah-demi-langkah, akan bedampak positif bagi program ini. Tapi tak jarang kali karena kurangnya pelatihan & sumber daya, sekolah tidak bisa menawarkan program intensif seperti IBI.

Sekolah maupun mengajarkan keterampilan sosial & keterampilan komunikasi melalui model pembelajaran khusus. Artinya, mereka menduga bahwa anak-anak mendapatkan peningkatan dari keterampilan ini, tapi mungkin keterampilan ini perlu penyempurnaan dari guru atau kelompok interaksi.

Ini tidak berarti bahwa IBI tidak memiliki tempat dalam komunitas sekolah. Diperlukan cara untuk mengintegrasikan intervensi yang sangat khusus dari IBI beserta proses belajar kelompok sekolah dalam rangka untuk mengurangi biaya & membagikan akses universal untuk jenis program anak autis.
loading...

0 komentar untuk Intensive Behavioural Intervention (IBI) di Sekolah untuk Anak Autis