Ini Pendapat Para Ahli Tentang Pola Asuh Orangtua Overprotektif

Ini Pendapat Para
Keinginan untuk melindungi anak dari segala bahaya merupakan naluri alamiah orangtua. Namun, proteksi yang berlebihan dapat memberikan dampak buruk bagi perkembangan anak. Pola asuh ini dikenal dengan istilah overprotektif atau helicopter parenting. Melarang anak bermain di taman karena takut kotor & terluka, nir mau mengajari anak naik sepeda karena takut anak jatuh, serta selalu ingin memantau telatah anak merupakan beberapa tanda pengasuhan yang berlebihan.

Dampak buruk pada anak karena pengasuhan overprotektif

Segala sesuatu yang berlebihan (over) tentu tidaklah baik. Begitu juga dengan pengasuhan orangtua, meskipun niat & maksudnya baik. Maka, pengasuhan overprotektif sebenarnya lebih banyak dampak negatifnya daripada dampak yang positif. Apa saja dampak buruk yang mungkin timbul bila orangtua bersikap terlalu melindungi? 

1. Menjadi penakut & nir percaya diri

Ketakutan orangtua yang berlebihan menyebabkan anak memiliki ketakutan yang sama pula. Selain itu, keterlibatan orang tua dalam segala hal yang dilakukan anak menjadikan anak hidup dalam bayang-bayang orangtua. Akibatnya, anak takut untuk melakukan hal-hal di luar pengawasan orang tua.

Hal ini nir cuma berdampak waktu anak masih kecil. Pola asuhan yang Anda pilih akan terus terbawa & membentuk kepribadian anak hingga dewasa kelak. Jadi, anak yang dulunya dibesarkan oleh orangtua yang selalu mengekang & melarang akan tumbuh jadi pribadi yang berkecil hati, takut mengambil risiko, & nir punya inisiatif.

2. Hidup ketergantungan & nir dapat menuntaskan masalahnya sendiri

Lauren Feiden, seorang psikolog dengan spesialisasi bidang hubungan orangtua & anak dari Amerika Serikat (AS) menyatakan dalam Psychcentral bahwa overprotective parenting merupakan suatu perkara yang dapat membuat anak sebagai ketergantungan & nir dapat menghadapi masalahnya sendiri.

Hal ini dikarenakan orangtua selalu ikut campur dalam setiap tantangan yang dihadapi sang anak sehingga keputusan yang diambil pun bergantung kepada orangtua. Anak akan selalu mengandalkan orangtua dalam menentukan atau menuntaskan sesuatu.

3. Mudah berbohong

Orangtua yang terlalu mengekang bisa mendorong anak untuk berbohong. Masalahnya, orangtua juga harus realistis & menyadari bahwa anak juga butuh ruang gerak yang cukup untuk mengembangkan diri. Tanpa ruang gerak tersebut, anak pun akan mencari celah & akhirnya berbohong agar bisa lolos dari kekangan orangtua. 

Di samping itu, jika hal yang dilakukan anak nir sesuai dengan keinginan orangtua, maka anak (secara sadar maupun nir sadar) memilih untuk berbohong sebagai upaya untuk menghindari hukuman. 

4. Stres & mudah cemas

Survei yang dilakukan oleh Center for Collegiate Mental Health Pennsylvania State University di AS, dilansir dalam The Mercury News menunjukan bahwa ganguan cemas atau ansietas merupakan perkara kesehatan jiwa utama yang dialami oleh mahasiswa. Dari survei yang dilakukan terhadap seratus ribu mahasiswa, 55 persen mahasiswa menginginkan konseling tentang gejala kecemasan, 45 persen soal depresi, & 43 persen soal stres.

Ternyata, salah satu faktor penyebabnya adalah pola asuh orangtua berupa pengawasan yang berlebihan terhadap kegiatan akademis & non-akademis anak. Meskipun anak nir melakukan kesalahan apa pun, diawasi tanpa henti memang bisa membuat anak jadi cemas karena jadi takut melakukan kesalahan. 

Bagaimana cara menyeimbangkan batasan & kebebasan untuk anak?

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, pada dasarnya melindungi anak adalah hal yang baik. Namun, terlalu berlebihan dalam melindunginya terbukti memiliki cukup banyak dampak buruk. Maka dari itu, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah dampak di atas. Orangtua bisa menetapkan batasan-batasan untuk anak sekaligus memberikan kebebasan dalam porsi yang seimbang melalui tips-tips berikut ini.

Mendorong anak yang sudah cukup besar untuk lebih mampu berdiri diatas kaki sendiri, misalnya pergi ke warung atau sekolah sendiri (tapi Anda diam-diam harus mengikuti & mengawasinya dari belakang). 
Membantu menenangkan anak dalam berbagai situasi negatif.
Memberikan kesempatan kepada anak untuk menghadapi & menuntaskan masalahnya sendiri.
Mendorong potensi & kemampuan anak dengan mendukung anak melakukan hal-hal positif yang disukainya, meskipun itu berarti anak harus pulang lebih sore karena ikut kursus.
Memberikan pengertian bahwa kegagalan merupakan hal yang harus dihadapi & dijadikan pelajaran.
Membangun komunikasi yang baik, salah satunya dengan cara mendengarkan cerita anak.
Bersikap tegas waktu anak melewati batas-batas yang sudah ditetapkan, misalnya pulang larut malam tanpa mengabari terlebih dulu.
Percaya kepada anak. Anda sendiri harus belajar menenangkan diri & lebih percaya pada kedewasaan anak agar ia bisa berkembang dengan baik.
loading...

0 komentar untuk Ini Pendapat Para Ahli Tentang Pola Asuh Orangtua Overprotektif