Sekilas tentang indeks glikemik masakan
Indeks glikemik adalah metode pengukuran seberapa cepat kandungan karbohidrat yang masih muncul dalam masakan bisa diubah menjadi gula sang tubuh insan.
Ukuran ini berupa skala berasal 0-100. Sebagai contoh, gula murni contohnya memiliki nomor indeks glikemik 100. Ini berarti karbohidrat dalam gula murni sangat cepat diubah sang tubuh menjadi gula untuk tenaga bagi tubuh. Makanan menggunakan IG tinggi memproduksi lebih poly gula darah dibandingkan masakan menggunakan GI rendah. Semakin tinggi indeks glikemik masakan, semakin meningkat pula risiko Knda terhadap peningkatan berat badan & diabetes serta penyakit kronis lainnya.
Sementara sebaliknya, bila Knda mengonsumsi masakan indeks glikemik rendah, maka gula darah Knda nir akan meningkat menggunakan drastis, justru nisbi stabil. Makanan sumber karbohidrat yang tergolong sehat & dianjurkan adalah gerombolan masakan yang nilai IG-nya nir pada atas 70. Makanan menggunakan indeks glikemik rendah bisa menurunkan risiko penyakit jantung & menjaga berat badan permanen stabil, berkat efeknya yang memproduksi Knda merasa kenyang lebih lama.
Jadi, apakah masakan indeks glikemik rendah selalu lebih baik?
Meskipun indeks glikemik masakan adalah tolak ukur yang nisbi efektif untuk mengontrol kadar gula darah, namun indeks glikemik bukan satu-satunya faktor penentu untuk membantu Knda menunjuk jenis masakan yang akan Knda konsumsi. Tidaklah realistis jikalau kita menilai sehat-tidaknya suatu masakan hanya berasal nilai indeks glikemiknya saja.
Knda maupun wajib memerhatikan kandungan lemak dalam masakan tersebut. Beberapa sumber masakan yang tinggi protein & lemak cenderung memiliki IG lebih rendah dibandingkan menggunakan bahan masakan sejenis yang berkadar lemak & protein rendah. Sebagai contoh, kadar IG keripik kentang tergolong rendah, namun kadar lemak jenuhnya nisbi tinggi. Kadar lemak tinggi pada suatu masakan maupun permanen bisa bikin gula darah Knda tinggi.
Ketika Knda terlalu poly makan masakan berlemak seperti lemak berasal daging, kulit ayam, atau jeroan, yang notabene IG-nya rendah, tumpukan lemak dalam tubuh akan permanen bertambah. Tumpukan lemak yang terlalu poly ini bisa memengaruhi kerja insulin yang bertugas untuk mengendalikan kadar gula darah. Pada akhirnya, mengonsumsi masakan tinggi lemak jenuh, meski nilai IG-nya rendah, permanen bisa menaikkan risiko berat badan berlebih serta penyakit jantung.
Indeks glikemik maupun nir memperhitungkan jumlah kalori. Contohnya, wortel memiliki indeks glikemik yang lebih tinggi daripada permen. Jika prinsip pemillihannya hanya melihat berasal tinggi atau tidaknya indeks glikemik, maka kita akan cenderung menunjuk permen yang indeks glikemiknya rendah bukan? Tapi, kalori dalam permen jauh lebih tinggi, & hampir nol gizi, daripada sebuah wortel. Maka, nir menutup kemungkinan kita lebih gampang mengalami kelebihan kalori waktu makan hanya memperhitungkan indeks glikemik.
Oleh karenanya, kita wajib permanen hati-hati menunjuk suatu masakan. Meski ternyata nilai IG-nya rendah, ternyata poly yang tinggi lemak & kalori.
Nilai indeks glikemik masakan maupun dipengaruhi sang cara pengolahannya
Indeks glikemik suatu masakan bisa saja berubah, tergantung berasal beberapa hal, seperti:
Kombinasi masakan: Mencampur masakan karbohidrat menggunakan masakan mengandung protein, & lemak akan menurunkan indeks glikemik. Mengonsumsi sumber karbohidrat yang berbeda pada satu waktu yang sama maupun akan menghipnotis nilai indeks glikemik sehingga nilai indeks glikemik yang direpon tubuh bisa berbeda berasal nilai sebetulnya
Cara pengolahan: mengolah atau mengolah masakan biasanya akan menaikkan nilai indeks glikemik, contohnya, jus memiliki indeks glikemik lebih tinggi daripada butir aslinya. Selain itu, jagung yang pada tumis & dibakar maupun memproduksi indeks glikemik berbeda yakni termasuk kelasifikasi indeks glikemik rendah & indeks glikemik sedang.
Waktu penyimpanan & tingkat kematangan suatu bahan masakan maupun akan menghipnotis nilai indeks glikemik. Contohnya, semakin matang butir atau sayur maka akan semakin tinggi nilai indeks glikemiknya
Informasi terkait indeks glikemik pada label warta sangat terbatas. Sangat jarang adanya warta secara eksklusif terlihat sang konsumen mengenai indeks glikemik sehingga sangat sulit untuk menunjuk masakan didasarkan indeks glikemik pada setiap produk atau jenis masakan. Indeks glikemik produk sereal gandum merek A saja belum tentu sama menggunakan produk cornflakes merek B.
Terlebih, indeks glikemik nir mencerminkan jumlah gram masakan yang dimakan. Berbeda menggunakan beban glikemik. Beban glikemik adalah cara untuk memperkirakan secara keseluruhan imbas gula darah dalam diet kita didasarkan nilai indeks glikemik & jumlah berasal karbohidrat yang terkandung berasal masakan yang kita makan. Makanan menggunakan indeks glikemik tinggi belum tentu memiliki beban glikemik tinggi.
Lalu bagaimana usahakan menunjuk masakan?
Menurut Queensland Government Health, jikalau memang kita ingin permanen menunjuk masakan didasarkan indeks glikemik maka lakukan langkah berikut :
Pilihlah setidaknya 3 jenis masakan yang mengandung indeks glikemik rendah dalam sehari, masakan tersebut bisa dikonsumsi waktu makan utama atau waktu waktu makan snack
Ketika mengonsumsi masakan indeks glikemik tinggi, kombinasikanlah menggunakan jenis masakan yang indeks glikemiknya rendah untuk menyeimbangkan imbas ke 2 indeks glikemik
Perlu selalu diingat bahwa nir seluruh jenis karbohidrat yang kita pilih membutuhkan yang jenis indeks glikemik rendah
Perhatikan maupun label warta gizi pada kemasannya. Beberapa produsen mungkin menjamin produknya mengandung indeks glikemik rendah, namun bisa saja mengandung lemak jenuh tinggi & zat aditif lainnya. Indeks glikemik satu jenis masakan yang berbeda merek maupun mungkin belum tentu setara.
Mempertimbangkan hal-hal ini jauh lebih krusial daripada hanya melihat indeks glikemik saja terutama bagi orang-orang yang memang nir mengalami diabetes.
loading...
Penulis: upiknugroho8117
0 komentar untuk Apakah Makanan Indeks Glikemik Rendah Sudah Pasti Sehat