Gangguan Skizoafektif, Gabungan Gejala Skizofrenia dan Depresi

Gangguan Skizoafektif, Gabungan Gejala Skizofrenia dan Depresi
Di Indonesia, akses terhadap pengobatan & pelayanan kesehatan jiwa masih belum memadai. Akibatnya, sebagian akbar penduduk dalam negara ini, terutama dalam pelosok-pelosok desa, kerap memperlakukan pasien gangguan jiwa beserta tindakan yg nir layak mirip pemasungan. Kenali gangguan skizoafektif, keliru satu jenis penyakit mental yg seringkali disangka menjadi gila atau kesurupan.

Apa itu gangguan skizoafektif?

Gangguan skizoafektif artinya gangguan mental dalam mana seseorang mengalami campuran pertanda-pertanda skizofrenia, mirip halusinasi atau ilusi, & pertanda-pertanda gangguan suasana hati mirip depresi atau mania. Ada 2 jenis gangguan penyakit mental ini yg  masuk ke dalam pertanda-pertanda skizofrenia. Kedua jenis gangguan skizoafektif tadi artinya tipe bipolar yg meliputi mania & depresi berat, & tipe depresi yg hanya meliputi pertanda-pertanda depresi saja.

Seperti yg dilansir berdasarkan website Mayo Clinic, gangguan skizoafektif sangat sulit buat dipahami, nir mirip penyakit gangguan mental lainnya. Mengapa sulit buat dipahami? Karena pertanda-pertanda skizoafektif sendiri cenderung bhineka dalam setiap orang yg mengalami gangguan ini.

Gangguan skizoafektif yg nir segera mendapatkan pengobatan & perawatan akan mengalami penurunan secara berarti dalam melakukan tugas sehari-hari, termasuk penurunan dalam produktivitas kerja & prestasi dalam sekolah implikasi pertanda-pertanda-pertanda-pertanda penyakit mental ini.

Apa saja gejalanya?

Gejala gangguan skizoafektif bisa tidak selaras dalam setiap orang, tergantung dalam jenis gangguannya, apakah tipe bipolar atau tipe depresi. Seseorang yg mengalami gangguan skizoafektif umumnya akan mengalami sebuah daur pertanda-pertanda. Ada ketika dalam mana mereka mengalami pertanda-pertanda berat berdasarkan gangguan ini, kemudian diikuti beserta membaiknya pertanda-pertanda. Berikut pertanda-pertanda yg biasa ditunjukkan sang seseorang yg mengalami gangguan skizoafektif:

Mengalami ilusi. Memiliki pencerahan palsu berdasarkan pemaknaan fenomena yg nir didasarkan  beserta keadaan sebenarnya.
Mengalami halusinasi. Sering mendengar bunyi atau melihat hal-hal yg nir terdapat.
Gejala depresi. Sering kali merasa hampa, murung, & tidak berharga.
Gejala gangguan suasana hati. Terjadi perubahan suasana hati atau peningkatan tenaga secara datang-datang yg nir didasarkan  beserta konduite atau karakter.
Gangguan komunikasi. Aika diberikan pertanyaan hanya akan menjawab sebagian pertanyaan atau menyampaikan jawaban yg sama sekali nir berafiliasi beserta pertanyaan.
Tidak bisa melakukan kegiatan keseharian. Mengalami penurunan dalam produktivitas kerja & prestasi dalam sekolah.
Tidak peduli beserta penampilan. Seseorang yg mengalami gangguan ini, nir bisa merawat dirinya sendiri & nir peduli beserta kebersihan.

Penyebab seseorang bisa mengalami gangguan skizoafektif

Sebenarnya para pakar belum mengetahui apa yg menjadi penyebab skizoafektif secara niscaya. Kondisi ini diduga berisiko terbentuk sang kombinasi berdasarkan faktor psikologis, fisik, genetik, & lingkungan. Namun terdapat beberapa faktor risiko yg diduga berpengaruh dalam pembentukan syarat ini, dalam antaranya:

Faktor genetik dalam keluarga yg memiliki  gangguan skizoafektif, skizofrenia atau gangguan bipolar.
Kejadian berat atau rasa stres hiperbola yg bisa memicu pertanda-pertanda.
Mengonsumsi obat psikoaktif & psikotropika.

Seseorang yg memiliki gangguan skizoafektif berisiko tinggi terhadap:

Bunuh diri, urusan ekonomi bunuh diri atau pikiran buat bunuh diri.
Terasingkan.
Ponflik keluarga atau beserta orang lain.
Pengangguran.
Gangguan kecemasan.
Pudah terlibat dalam penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan terlarang.
Masalah kesehatan.
Kemiskinan & tunawisma.

Diagnosis gangguan skizoafektif

Aika Enda memiliki kerabat atau sahabat-sahabat yg memberikan pertanda-pertanda skizofrenia, segera bawa ke dokter. Makin cepat penyakit ini terdeteksi, semakin baik. Peluang sembuh seseorang yg mengalami skizofrenia akan lebih akbar apabila diobati sedini mungkin. Karena skizofrenia adalah keliru satu jenis gangguan mental, maka investigasi wajib dilakukan sang dokter seseorang ahli kejiwaan atau psikiater.

Dokter mungkin akan kesulitan buat mendapatkan informasi apabila bertanya eksklusif dalam seseorang yg mengalami skizoafektif alasannya adalah mereka cenderung tertutup, menyangkal, atau sama sekali nir menyadari pertanda-pertanda yg terdapat. Untuk mengatasi hal ini, dokter perlu bertanya kepada orang-orang yg mengantar seseorang yg mengalami skizoafektif berobat, contohnya keluarga atau sahabat.

Selain penilaian psikologis, kadang-kadang dokter juga akan memberlakukan jenis investigasi lain, mirip CT scan,  MRI, & investigasi darah. Pemindaian lewat CT scan atau MRI dalam perkara skizoafektif dimaksudkan buat melihat adanya kelainan dalam struktur otak & sistem saraf sentra. Sedangkan investigasi darah dilakukan buat memastikan bahwa pertanda-pertanda bukan ditimbulkan sang dampak obat-obatan, alkohol, atau syarat kesehatan lainnya.

Bagaimana cara pengobatannya?

Dalam menangani skizofrenia, dokter akan mengombinasikan obat-obatan beserta terapi psikologis. Obat yg biasa diresepkan dalam perkara ini artinya antipsikotik. Antipsikotik bekerja beserta cara memengaruhi zat neurotransmiter dalam dalam otak (serotonoin & dopamine). Pada seseorang yg mengalami skizofrenia, obat ini bisa menurunkan agitasi & rasa cemas, menurunkan atau mencegah halusinasi & ilusi, dan membantu menjaga logika budi & mengingat.

Setelah pertanda-pertanda skizofrenia reda, pasien skizoafektif membutuhkan terapi psikologis dalam samping wajib permanen melanjutkan konsumsi obat. Di dalam terapi psikologis, pasien akan diajari cara mengatasi stres & mengendalikan penyakit mereka melalui identifikasi pertanda-pertanda kambuh. Selain itu, seseorang yg memiliki penyakit ini juga akan diajari cara menaikkan kemampuan komunikasi agar bisa permanen berinteraksi secara sosial. Terapi ini juga berguna buat balik  berbagi kemampuan pasien dalam bekerja.

Terapi psikologis nir hanya diperuntukkan bagi pasien. Ahli terapi juga perlu menyampaikan edukasi dalam keluarga pasien ihwal cara menghadapi skizoafektif.
loading...

0 komentar untuk Gangguan Skizoafektif, Gabungan Gejala Skizofrenia dan Depresi