Normalkah Jika Berat Bayi Saat Lahir Lebih dari 4 Kilogram

Normalkah Jika Berat Bayi Saat Lahir Lebih dari 4 Kilogram
Januari 2017 lalu, netizen dunia sempat dibuat tercengang oleh seorang ibu asal Melbourne, Australia yang melahirkan bayi akbar bersama berat hampir lebih dari 6 kilogram lewat 7 jam persalinan normal tanpa bantuan epidural sama sekali. Kasus yang sama juga pernah terjadi di Tanah Air kita sendiri di tahun 2009, di mana seorang bayi asal Sumatera Utara lahir bersama berat badan mencapai 8,7 kilogram.

Memiliki bayi akbar yang gemuk nan menggemaskan artinya impian banyak ibu. Tapi sementara kita seringkali mendengar tentang risiko kesehatan yang dihadapi bayi saat mereka lahir terlalu mini, bayi akbar nir selalu sehat. Bayi yang lahir bersama berat berlebih menghadapi komplikasi kesehatan yang sama bahayanya misalnya anak prematur.

Berapa berat badan bayi saat lahir yang dianggap normal?

Berat badan bayi baru lahir dikatakan normal ketika nomor di timbangan berada di kisaran 2,lima kilogram hingga 4 kilogram, khususnya pada bayi yang lahir cukup umur (usia kehamilan 37-40 minggu).

Berbeda bersama bayi prematur bayi lahir kurang dari 37 minggu yang biasanya memiliki berat badan kurang dari 2,lima kilogram bayi bisa dikatakan akbar atau mempunyai berat badan berlebih jika nomor di timbangan mencapai lebih dari 4 kilogram. Bayi ini biasanya disebut bersama bayi akbar atau bayi raksasa. Dalam dunia medis, bayi baru lahir bersama berat badan melebihi 4 kilogram disebut bersama makrosomia.

Dua model persoalan di atas hanyalah sebagian mini dari tren bobot lahir bayi yang semakin semakin tinggi secara global. Angka kelahiran bayi lahir bersama berat sangat akbar semakin tinggi hingga sebesar 15-25 persen dalam 2-3 dekade terakhir di banyak populasi berbeda di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, diperkirakan bahwa sepuluh persen bayi baru lahir tergolong makrosomik. Sementara itu belum ada data terinci dari tingkat insiden bayi makrosomia di Indonesia.

Apa yang menyebabkan berat badan bayi akbar saat lahir?

Bayi akbar mungkin memiliki kode genetik berbeda ataupun kondisi medis tertentu selama dalam kandungan yang bisa meningkatkan kecepatan pertumbuhan janin. Tapi para ahli kesehatan mengatakan bahwa tren bayi akbar lebih terkait erat bersama banyaknya ibu yang mengalami obesitas sebelum & selama kehamilan.

Jika Anda menderita diabetes sebelum hamil (diabetes pra-gestasional) atau Anda menderita diabetes selama kehamilan (gestational diabetes), Anda juga lebih mungkin untuk mengandung & melahirkan bayi akbar.

Di sisi lain, sebagian akbar penyebab dari persoalan bayi bersama berat lahir akbar tetap nir dapat dijelaskan, & kebanyakan bayi makrosomik nir memiliki faktor risiko yang dapat dikenali.

Apa risikonya memiliki bayi akbar?

Makrosomia terkait bersama kematian bayi saat lahir, cedera neonatal, kematian ibu, & komplikasi kelahiran sesar. Di kemudian hari, bayi-bayi ini juga menghadapi peningkatan risiko persoalan kesehatan yang menghambat kualitas hidupnya, misalnya obesitas, diabetes, & sindrom metabolik.

Sementara itu, ibu yang melahirkan bayi akbar lewat persalinan normal berisiko mengalami cedera terkait kelahiran, termasuk sobekan akbar pada rahim, vagina & rektum, serta cedera pada tulang duduk/tulang ekor. Melahirkan bayi makrosomia secara normal juga meningkatkan risiko Anda mengalami perdarahan hebat selama melahirkan yang bisa berakibat fatal akibat otot rahim yang nir berkontraksi setelah melahirkan (atonia uteri). Bayi yang akbar juga berarti Anda lebih mungkin menjalani operasi caesar, yang memiliki risikonya tersendiri.

1. Cedera bayi saat persalinan

Butuh waktu yang lebih lama & proses yang lebih rumit untuk dapat sukses melahirkan bayi akbar lewat persalinan normal. Bayi makrosomia berisiko mengalami distosia bahu selama proses kelahiran. Distosia bahu artinya sebuah kondisi di mana bahu terjebak di dalam tubuh ibu setelah dokter berhasil menarik kepalanya keluar. Ini merupakan situasi yang jarang terjadi, tapi sangat berfokus sebab dapat menyebabkan cedera parah bahkan kematian.

Bahu bayi yang terjebak di bawah tulang panggul ibu selama persalinan dapat menyebabkan kerusakan saraf pada bahu, lengan, & leher bayi. Kerusakan saraf terjadi pada 2-16% bayi yang memiliki distosia bahu. Dalam persoalan yang jarang terjadi, bayi Anda bisa berakhir bersama tulang selangka yang patah atau tulang lengan atas.

Kematian bayi bisa terjadi akibat asfiksia (kekurangan oksigen) ataupun trauma lahir yang bisa menimbulkan cacat fisik atau neurologis, contohnya brachial palsy & fraktur klavikula. Melahirkan bayi akbar juga dapat mengakibatkan bayi memerlukan bantuan pernapasan setelah persalinan & memiliki kelainan otot-otot jantung yang lebih tebal. Bayi akbar juga berisiko tinggi untuk mengalami penyakit kuning (jaundice).

2. Bayi obesitas

Perempuan bersama berat badan berlebih atau obesitas sebelum hamil berisiko dua hingga tiga kali lipat untuk mengalami diabetes gestasional selama kehamilan dibandingkan bersama wanita yang nir obesitas sebelumnya.

Nutrisi utama yang mengendalikan pertumbuhan bayi artinya gula, jelas dr. Kristin Atkins, seorang ahli kedokteran ibu & janin di University of Maryland School of Medicine, dilansir dari Live Science. Oleh sebab itu, bayi akbar atau obesitas biasanya berasal dari ibu yang juga obesitas.

Kelebihan gula darah & produksi insulin dapat menyebabkan kelebihan pertumbuhan & penyimpanan lemak sebagai akibatnya membuat berat bayi semakin akbar. Di rahim, bayi-bayi ini sudah terbiasa bersama kadar gula tinggi, tapi saat mereka lahir, sumber masakan mereka terputus tiba-tiba. Pada akhirnya, bayi akbar cenderung memiliki gula darah rendah & perlu dipantau sejak lahir.

3. Sindrom metabolik

Sindrom metabolik merupakan sekelompok kondisi yang ditandai bersama peningkatan tekanan darah, tingginya kadar gula darah, kelebihan lemak tubuh di sekitar pinggang, atau kadar kolesterol nir normal. Sindrom metabolik dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, & diabetes. Bayi akbar berisiko tinggi untuk mengalami sindrom metabolik sebab memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya, misalnya obesitas & resistensi insulin.

4. Autisme

Risiko autisme nir hanya tampak terjadi pada bayi bersama berat lahir rendah (BBLR), namun juga pada bayi yang lahir bersama berat berlebih. Hasil studi dari Manchester University tahun 2013 lalu menemukan bahwa bayi akbar yang lahir bersama berat di atas 4.lima kg membagikan peningkatan risiko autisme sebesar 60 persen, daripada bayi bersama berat normal.

Peneliti meragukan bahwa kaitan antara bayi lahir akbar bersama risiko autisme bermula pada persoalan pertumbuhan bayi selama dalam kandungan, yang mungkin diakibatkan oleh abnormalitas fungsi plasenta. Apa pun yang mendorong kelainan perkembangan & pertumbuhan juga akan memengaruhi perkembangan otak bayi. Risiko ini ada sangat tinggi pada bayi-bayi di mana mereka tumbuh bersama buruk & berlanjut di rahim sampai setelah 40 minggu. Ini mungkin sebab bayi-bayi ini terpapar oleh kondisi yang nir sehat selama dalam rahim ibu dalam waktu lama.
loading...

0 komentar untuk Normalkah Jika Berat Bayi Saat Lahir Lebih dari 4 Kilogram