Jatuh cinta ialah proses biologis yg sangat ditentukan sang hormon
Orang yg sedang jatuh cinta mungkin mengalami kesulitan dalam melakukan tugas kognitif awam mirip multitasking & pemecahan perkara. Hal ini dikarenakan mereka sudah menghabiskan sebagian akbar tenaga buat memikirkan seseorang yg dicintainya.
Saat Enda jatuh cinta, hormon dalam tubuh memproduksi Enda mengalami 3 hal sekaligus yaitu euforia (kebahagiaan yg meluap-luap), terancam, & kelelahan. Tim peneliti dari University of Pisa menemukan bahwa dalam termin awal dari interaksi asmara, kegiatan pemancar saraf adrenalin, dopamin, oksitosin, norepinefrin, & phenylethylamine (PEA amfetamin alami) bercampur campurkan & kocok & semakin tinggi waktu 2 orang tertarik satu sama lain. Akibatnya, bagian otak yg mengatur emosi pun menjadi kewalahan.
Uniknya, selama fase euforia ini, impak relaksasi yg Enda dapatkan dari hormon serotonin akan menurun, tergantikan menggunakan obsesi terhadap pasangan Enda & secara konsisten. PEA ini jugalah yg memiliki andil dalam memproduksi jantung Enda berdebar hingga merasa terengah, gemetar, & terdapat impian yg amat sangat buat manunggal menggunakan kekasih Enda.
Mengapa jatuh cinta bisa bikin kurang pandai?
Penelitian mengungkap alasan mengapa orang jatuh cinta bisa bertingkah nir rasional (dalam luar nalar sehat) atau terkesan kurang pandai. Penelitian ini dilakukan menggunakan melakukan scan (pemindaian) MRI (Magnetic Resonance Imaging). Peneliti kemudian memetakan perubahan kimia yg terjadi & mengamati bagian otak yg aktif berhenti bekerja selama berhari-hari waktu seseorang sedang dimabuk asmara. Lebih dari itu, peneliti jua menemukan mengapa seluruh itu memproduksi seseorang yg jatuh cinta menjadi selalu gelisah.
Korteks frontal adalah bagian otak yg bertugas buat memproduksi keputusan & menilai sesuatu atau seseorang. Sayangnya, waktu jatuh cinta, kegiatan korteks frontal diistirahatkan sang otak. Menurut penelitian yg dilakukan dalam University College London, terdapat poly bagian otak yg aktif ketika Enda dimabuk asmara. Namun, area akbar dalam otak ini berhenti bekerja, padahal sifatnya krusial dalam menilai hal pribadi.
Peneliti percaya berhentinya korteks frontal terjadi karena tujuan biologis, contohnya memperlancar urusan reproduksi. Itulah sebabnya mengapa orang yg jatuh cinta sulit melihat kesalahan atau kekurangan kekasihnya. Scan otak pun memberikan area yg mengatur poly sekali emosi negatif jua nir bekerja. Hal ini yg memproduksi orang yg jatuh cinta akan selalu terlihat suka.
Jatuh cinta jua memproduksi hormon dopamin semakin tinggi tajam. Dopamin sendiri adalah kunci seseorang yg menikmati rasa sakit sekaligus kepuasaan dalam waktu bersamaan. Hormon ini dikaitkan menggunakan gairah, kecanduan, euforia, & sifat-sifat pantang menyerah ketika mengejar cinta. Sementara dopamin yg semakin tinggi ikut mensugesti produksi serotonin, hormon yg memperbaiki suasana hati & nafsu makan.
Kadar serotonin yg tinggi jua tidak jarang ditemukan dalam orang yg mengalami gangguan obsesif-kompulsif. Itulah sebabnya cinta memproduksi Enda cemas & gugup. Sementara perasaan berdebar-debar & keringat dingin ditimbulkan sang hormon adrenalin. Hormon lain yg keluar ketika jatuh cinta sama menggunakan waktu Enda ketakutan. Artinya, cinta bisa memproduksi Enda merasa suka sekaligus takut.
Jatuh cinta ialah insting buat bertahan hayati
Dari klarifikasi dalam atas, Enda mungkin bertanya-tanya, mengapa cinta bisa berdampak begitu akbar dalam tubuh insan? Jawaban sederhananya yaitu jatuh cinta adalah insting biologis insan agar spesies ini terus bertahan hayati melalui reproduksi.
Coba bayangkan jikalau cinta nir memproduksi seseorang begitu terobsesi & rela melakukan segala hal. Bisa-bisa, nir terdapat orang yg mau repot-repot jatuh cinta, membentuk keluarga, kemudian bereproduksi (melahirkan anak). Jila ini terjadi, usang-usang spesies insan bisa punah. Karena itu, secara biologis otak insan memang sudah dipersiapkan buat jatuh cinta & mempertahankan eksistensi spesiesnya. Meskipun itu berarti cinta bisa bikin kurang pandai buat ad interim waktu.
Akan akan tetapi, cinta memang nir selalu berujung dalam reproduksi. Dalam poly perkara, cinta hadir hanya buat memenuhi kebutuhan emosional seseorang. Dalam perkara lain, contohnya cinta orangtua dalam anak, cinta sangat krusial buat memastikan anak berhasil bertahan hayati. Itulah mengapa orangtua bisa begitu menyayangi anaknya hingga rela melakukan apa saja bagi putra & putrinya, tanpa mengharapkan imbalan apa pun.
loading...
Penulis: upiknugroho8117
0 komentar untuk Benarkah Jatuh Cinta Bisa Bikin Bodoh Ini Penjelasan Ilmiahnya