Ibu tak boleh menyusui bayi andai saja
1. Bayi mengidap galaktosemia
Galaktosemia merupakan sebuah penyakit genetik yang sangat langka, di mana bayi yang menderita galaktosemia tidak sanggup memproses galaktosa menjadi glukosa karena defisiensi enzim yang diklaim sebagai GALT.
Bayi yang menderita galaktosemia terlahir normal, namun seiring bareng meningkatnya konsumsi ASI maka bayi akan mulai menimbulkan gejala. Bayi penderita galaktosemia harus diberikan makanan khusus yang tidak mengandung galaktosa.
Karbohidrat pada ASI sebagian akbar mengandung laktosa yang nanti dipecah menjadi galaktosa di saluran pencernaan, & diserap ke dalam darah. Dalam kondisi normal, galaktosa akan diubah menjadi glukosa sang GALT di dalam darah supaya sanggup digunakan sang tubuh. Namun, pada bayi penderita galaktosemia, hal tersebut tidak terjadi sehingga terjadi penumpukan galaktosa di dalam darah. Oleh karena itu, bayi yang menderita galaktosemia tidak diperbolehkan diberikan ASI.
2. Ibu mengidap HIV
Ibu yang mengidap HIV sebetulnya tak boleh menyusi bayi karena sanggup menularkan virus HIV pada bayinya lewat ASI. Namun, khusus untuk negara-negara berkembang yang miskin, seorang ibu penderita HIV diperbolehkan untuk memberikan ASI karena susu formula tidak tersedia yang akan terjadi alasan ekonomi. Tapi tentunya bareng catatan, obat anti-retro virus (ARV) diberikan secara teratur. Untuk itu ibu bareng HIV wajib mengikuti program pengobatan bareng ketat.
Selain itu, ASI sebaiknya dipanaskan terlebih dahulu untuk membunuh virus HIV yang masih ada dalam ASI. Metode yang mudah & murah merupakan bareng menempatkan ASI ke dalam wadah, kemudian letakkan dalam panci berisi air untuk dipanaskan. Ketika sudah mendidih, ASI diangkat & didinginkan berdasarkan suhu badan manusia. Metode ini diklaim flash-heating.
Dari penelitian dihasilkan bahwa bayi yang diberikan ASI eksklusif selama 3 bulan, memiliki risiko lebih rendah untuk terinfeksi sang HIV dibandingkan bareng bayi yang diberikan ASI & susu formula. Selain itu, bayi yang diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan & dikombinasikan bareng obat antiretroviral selama 6 bulan, risiko terinfeksinya semakin mungil.
3. Tuberkulosis & herpes
Ibu yang menderita tuberkulosis (TBC) & herpes simplex pada wilayah payudara dihentikan menyusui anaknya karena sangat menular. Meskipun begitu, andai saja ASI diperas berasal payudara & diberikan bareng botol susu, ASI masih boleh diberikan karena tidak menular lewat ASI.
Ibu penderita TBC diperbolehkan menyusui andai saja telah menjalani terapi TB selama minimal 2 minggu & terbukti lewat pemeriksaan sudah tidak menularkan bakteri TBC.
Ibu penderita herpes dihentikan menyusui secara langsung. Herpes simplex sangat berbahaya andai saja menyerang bayi karena sistem imunnya belum terbentuk bareng baik. Bayi yang terinfeksi herpes memiliki gejala yang berat & tak jarang kali menyebabkan kematian. Dianjurkan untuk memeras ASI & diberikan lewat botol susu.
4. Ibu sedang kemoterapi
Selain penyakit infeksi, ibu yang menderita penyakit seperti kanker & sedang menjalani kemoterapi bukan hanya dihentikan menyusui, tapi juga tidak dianjurkan untuk memberikan ASI. Ini karena obat yang ada di dalam darah ibu sanggup masuk ke dalam ASI & memberikan efek tidak baik terhadap bayi.
Ibu yang menjalani kemoterapi disarankan untuk memompa ASI & membuangnya supaya produksi ASI tetap terjaga. Knda sanggup memberikan ASI setelah proses kemoterapi selesai & dokter spesialis onkologi mengizinkan Knda untuk memberikan ASI.
loading...
Penulis: upiknugroho8117
0 komentar untuk 4 Hal yang Membuat Anda Sebaiknya Tidak Menyusui Bayi Anda