Berikut beberapa gosip yg perlu kita ketahui perihal imunisasi.
Perlukah imunisasi buat penyakit yg waktu ini telah nir terdapat di Indonesia?
Walaupun sebuah penyakit telah nir ditemukan di suatu daerah, penyakit tadi mungkin terdapat di loka lain dan dapat menyerang kita kapan saja, bahkan menyebabkan endemi. Dengan tetap melakukan vaksinasi, kita menjaga diri kita sendiri, keluarga, dan lingkungan dari suatu penyakit.
Saya telah diimunisasi waktu mungil, buat apa diimunisasi lagi?
Kekebalan yg kita dapatkan dari imunisasi akan melemah seiring berjalannya waktu, atau mungkin saja orangtua kita lupa apakah telah menaruh suatu vaksin atau nir. Oleh lantaran itu, kepada beberapa penyakit dianjurkan imunisasi booster setiap beberapa tahun buat menjaga kekebalan tubuh kita.
Apakah orang dewasa perlu diimunisasi?
Beberapa vaksin justru diberikan kepada waktu kita dewasa, misalnya vaksin cacar dan vaksin pneumonia yg dianjurkan buat usia di atas 65 tahun (kepada beberapa kondisi dianjurkan utuk diberikan lebih cepat). Selain itu, beberapa booster jua dapat diberikan waktu dewasa, misalnya vaksin tetanus, difteri, pertusis, dan lainnya.
Lebih baik sakit dan otomatis mendapat kekebalan tubuh, atau imunisasi?
Saat kita sakit, tubuh akan menghasilkan antibodi dan membuat kekebalan terhadap penyakit tadi bila terjangkit lagi. Prinsip yg sama jua terjadi waktu seseorang mendapat imunisasi, kekebalan yg sama misalnya waktu menderita penyakit jua terbentuk. Malahan, Anda nir perlu menderita penyakit tadi buat mendapat kekebalannya.
Imunisasi menyebabkan autisme, benarkah?
Pada tahun 1998, dr. Andrew membicarakan bahwa vaksin MMR menyebabkan peradangan usus yg berujung kepada autisme kepada anak, sedangkan tanda-tanda autisme sendiri nir didahului sang adanya gangguan di sistem pencernaan. Selain itu virus yg terkandung dalam MMR (campak, gondok, dan rubella) terbukti nir menyebabkan peradangan usus jua kerusakan membran yg melapisi sistem pencernaan. Protein yg dari dr. Andrew mengalir dari genre darah hingga ke otak dan menyebabkan kerusakan hingga waktu ini nir pernah terbukti adanya.
Pada tahun 2004, terbongkarlah fakta bahwa dr. Andrew memalsukan data penelitiannya, sebagai akibatnya penelitian ini dicabut dari peredaran.
Imunisasi yg dilakukan bersamaan menyebabkan autisme, benarkah?
Pemberian vaksin yg bersamaan diduga dapat melemahkan sistem pertahanan tubuh sebagai akibatnya terdapat korelasi sistem saraf yg menyebabkan autisme kepada anak yg memang telah mempunyai reiiko. Seiring berjalannya waktu, teori ini nir terbukti sang lantaran beberapa alasan, yaitu:
Sistem pertahanan anak. Bahkan anak yg baru berusia hari tetap dapat menaruh respon positif terhadap beberapa vaksin yg diberikan sekaligus.
Autisme bukan penyakit yg ditimbulkan sang gangguan sistem pertahanan tubuh. Tidak terdapat penelitian yg membuktikan gangguan sistem pertahanan atau peradangan sistem saraf dapat menyebabkan autisme.
Imunisasi mengandung senyawa toksin yg berbahaya, benarkah?
Kandungan etilmerkuri yg terdapat dalam thimerosal diduga menyebabkan autisme. Argumen ini selanjutnya dipatahkan sang disparitas tanda-tanda yg diderita sang anak penderita autisme dan anak yg keracunan merkuri. Penelitian lainnya jua menyebutkan bahwa kandungan merkuri dalam vaksin masih di bawah ambang batas yg dapat menyebabkan keracunan.
Senyawa kimia lain yg terdapat dalam vaksin ialah formaldehid dan aluminium, akan tetapi senyawa tadi diberikan dalam dosis yg sangat mungil, lebih mungil dibanding paparan kita terhadap senyawa tadi sehari-hari.
BACA JUGA:
Apakah Diabetes Gestational Berhubungan menggunakan Autisme?
Hubungan Vaksin dan Stroke Pada Anak-anak
Benarkah Tato Bisa Meningkatkan Sistem Imun Tubuh?
loading...
Penulis: upiknugroho8117
0 komentar untuk 7 Pertanyaan yang Paling Sering Diajukan Seputar Imunisasi