Faktor Genetik Ternyata Bisa Memicu Kecenderungan untuk Selingkuh

Faktor Genetik Ternyata Bisa Memicu Kecenderungan untuk Selingkuh
Orang Indonesia mengecam perselingkuhan. Rasanya hampir kebanyakan orang, jikalau nir seluruh, menilainya menjadi tindakan yg nir bermoral.

Tapi ironisnya, nomor perselingkuhan dalam Indonesia misalnya nir akan menampakan gejala kemerosotan. Berdasarkan data yg dihimpun dari Pengadilan Agama seluruh Indonesia, perselingkuhan menjadikan 10.444 pasangan bercerai dari total kasus 15.771 perceraian sepanjang tahun 2007. Dan dari data milik Dirjen Badilag Mahkamah Agung RI, perselingkuhan dilaporkan menduduki peringkat ke 2 menjadi penyebab perceraian tertinggi sehabis faktor ekonomi dalam tahun 2011.

Kita terbiasa berpikir bahwa perselingkuhan adalah gejala dari interaksi yg nir sehat atau kecacatan moral. Padahal, gen yg Knda wariskan dari orangtua juga turut bertanggung jawab dalam perbuatan menyimpang ini.

Survei yg dilakukan sang tim peneliti University of Pennsylvania menemukan bahwa 71 % responden perempuan yg pernah bermain cinta memiliki seseorang mak yg dulu juga pernah mendua. Begitu juga memakai laki-laki. Sebanyak 45 % responden laki-laki yg sempat main mata punya ayah yg juga pernah bermain cinta. Apa alasannya?

Genetik dan perselingkuhan, apa hubungannya?

Pada laki-laki, kesamaan buat bermain cinta lebih didasari sang dorongan bawah sadar otak warisan zaman purba yg menilai seks menjadi aktivitas biologis murni buat berkembang biak guna menaikkan kesempatannya memiliki lebih poly keturunan dalam global.

Yang perlu dipahami, hasrat atau motivasi buat berselingkuh dari setiap orang berasal dari sentra penghargaan dalam otak kawasan produksi hormon dopamin. Ketika dirangsang sang alkohol, obat, permen cokelat, hingga seks otak melepaskan dopamin. Hormon inilah yg memproduksi kita merasa suka, bergairah, dan merasa suka.

Penelitian menampakan bahwa dalam laki-laki yg doyan bermain cinta, sensasi deg-degan campur suka karena nir (atau belum) ketahuan bermain cinta output dorongan dopamin ini malah semakin memotivasi mereka buat melakukan hal tadi.

Orang yg memiliki gen DRD4 dalam tubuhnya, lebih rentan berselingkuh

Di sisi lain, kesamaan berselingkuh dalam sebagian orang juga ditentukan sang keragaman gen dalam rantai DNA tubuhnya. Dari output penelitian milik peneliti berasal State University of New York (SUNY) Binghamton, orang-orang yg memiliki varian pribadi dari reseptor D4 polimorfisme (gen DRD4) lebih mungkin buat berselingkuh dan jajan seks dalam luar tempat tinggal.

Justin Garcia, kepala peneliti sekaligus mahasiswa doktorat (S3) fakultas Antropologi Evolusi dan Kesehatan dalam SUNY Binghamton, membicarakan bahwa dalam orang yg memiliki gen DRD4, kesamaan buat berselingkuh akan lebih tinggi karena tubuh mereka secara natural membutuhkan rangsangan yg lebih akbar lagi buat bisa mencicipi kepuasan.

Umpamanya, beberapa orang akan merasa sangat bersemangat sehabis terselesaikan naik roller coaster yg menegangkan. Tapi dalam orang-orang memakai gen DRD4, mereka akan meminta buat mengulang atraksi itu, lagi dan lagi, buat menguji batasan dirinya.

Diketahui dari penelitian tadi, 50 % partisipan yg memiliki gen DRD4 mengaku pernah berselingkuh setidaknya sekali seumur hayati dibandingkan memakai orang-orang yg nir memiliki gen ini (yg hanya 22 %). Menariknya, lanjut Gracia, mutasi gen DRD4 adalah warisan orangtua. Jadi jikalau orangtua Knda memiliki gen ini, Knda juga memilikinya.

Tidak betul bahwa laki-laki lebih berisiko bermain cinta

Secara teori evolusioner, laki-laki dikatakan lebih rentan buat berselingkuh atas alasan mempertahankan keturunan. Sementara itu, perempuan selalu diperlukan buat hayati setia memakai satu pasangan, bahkan semenjak zaman purba.

Anehnya, sebuah penelitian yg diterbitkan dalam Evolution and Human Behavior tahun 2014 menemukan bahwa sehabis mengamati lebih dari 7 ribu anak kembar berasal Finlandia, perempuan yg membawa mutasi gen reseptor vasopressin dalam otaknya lebih cenderung buat berselingkuh.

Vasopressin adalah hormon yg diproduksi dalam hipotalamus otak dan disimpan dalam kelenjar pituitari dalam bagian depan otak; dilepaskan bersamaan memakai oksitosin dikala kita melakukan korelasi fisik memakai orang lain, contohnya berpelukan, berciuman, atau bekerjasama seks.

Vasopressin berperan akbar terhadap konduite sosial insan, misalnya kepercayaan, ikut mencicipi, dan ikatan seksual. Seks mengaktifkan hormon suka, yg justru memperkuat nilai seks menjadi aktivitas buat mendekatkan interaksi bagi perempuan, yg juga memperkuat kesamaan buat bermonogami memakai pasangannya dikala ini.

Jadi masuk nalar bahwa mutasi dalam gen reseptor vasopressin (yg bisa mengganti keuntungannya) bisa memengaruhi konduite seksual perempuan. Menariknya, mutasi gen ini nir ditemukan dalam laki-laki. Namun demikian, peneliti masih belum mengetahui apakah mutasi gen dalam reseptor vasopressin yg terkait memakai perselingkuhan sungguh memproduksi otak jadi kurang responsif terhadap pengaruh hormon tadi.

Apakah seluruh orang yg mengalami mutasi gen akan otomatis berselingkuh?

Di atas seluruh itu, faktor biologis bukan satu-satunya faktor yg berperan dalam perselingkuhan. Faktor lain misalnya ekonomi, kasus emosional, dan penyalahgunaan alkohol juga diketahui memiliki kiprah akbar dalam kemungkinan seseorang berselingkuh.

Pada akhirnya, meski hormon dan genetik sedikit poly memengaruhi konduite kita, keputusan akhirnya muncul dalam diri Knda sendiri apakah memilih buat permanen setia atau mendarat dalam hati yg lain.
loading...

0 komentar untuk Faktor Genetik Ternyata Bisa Memicu Kecenderungan untuk Selingkuh