Gula vs Pemanis Buatan, Mana yang Lebih Sehat

Gula vs Pemanis Buatan, Mana yang Lebih Sehat
Semakin meningkatnya jumlah orang yg terkena penyakit degeneratif misalnya penyakit jantung, stroke, hingga diabetes, kita perlu semakin hati-hati beserta apa yg kita makan. Salah satu jenis bahan masakan yg menjadi momok ialah gula. Konsumsi gula yg hiperbola bisa menjadikan kenaikan berat badan & dalam kemudian hari mempertinggi risiko timbulnya gangguan kesehatan. Dengan adanya temuan ini, membatasi konsumsi gula bisa menjadi keliru satu pilihan Knda buat hayati lebih sehat.

Apa itu gula pasir?

Gula yg biasa Knda pakai sehari-hari buat tambahan dalam masakan & minuman ialah gula tebu. Gula ini dihasilkan dari flora tebu yg diolah & dipanaskan. Hasil dari proses ini berupa kristal, atau yg lebih Knda kenal beserta sebutan gula pasir. Batas konsumsi gula pasir dalam sehari berdasarkan Kementerian Kesehatan ialah 4 sendok makan atau setara beserta 148 kalori.

Apa itu pemanis sintesis?

Lalu apa itu pemanis sintesis? Menurut Badan Pengawas Obat & Makanan (BPOM), pemanis sintesis ialah jenis pemanis yg bahan bakunya nir bisa ditemukan dalam alam & dihasilkan melalui proses kimiawi. Contoh dari pemanis sintesis ialah aspartam, siklamat, sukrolosa, & sakarin. Jenis pemanis sintesis ini biasa digunakan dalam masakan olahan misalnya sirup, soda, selai, hingga masakan spesifik yg ditujukan bagi penderita diabetes atau masakan spesifik diet. Bika Knda melihat suatu produk memiliki label sugar free, cobalah cek komposisinya. Biasanya terdapat tambahan pemanis sintesis dalam dalamnya.

Pemanis sintesis sudah diatur batas penggunaannya sang BPOM. Contohnya aspartam, batas konsumsinya per hari ialah 40 mg/kg. Artinya jikalau berat badan Knda 60 kg, maka batas konsumsi aspartam Knda dalam sehari ialah 2400 mg. Sebagai perbandingan, satu kaleng soda diet mengandung kadar aspartam sekitar 180 mg. Dengan begitu dalam sehari Knda diperbolehkan mengonsumsi sekitar 13 kaleng soda diet.

Mana yg lebih baik?

Untuk menjawab pertanyaan ini terdapat baiknya Knda mengetahui terlebih dahulu imbas positif & negatif dari gula pasir & pemanis sintesis.

Plus minus gula pasir

Gula pasir memiliki rasa yg paling enak jikalau dibandingkan beserta pemanis sintesis. Beberapa jenis pemanis sintesis meninggalkan after taste misalnya rasa getir, contohnya. Gula pasir juga diperoleh dari bahan alami yaitu tebu, menjadi akibatnya mini kemungkinannya mengakibatkan alergi atau reaksi lainnya. Sementara pemanis sintesis, contohnya aspartam, mengandung fenilalanin yg sangat berbahaya bagi mereka yg menderita fenilketonuria.

Namun, gula pasir mengandung kalori. Tiap satu sendok makan gula pasir mengandung sekitar 37 kalori. Bika Knda memakai 2 sendok makan buat memproduksi teh favorit Knda, maka total kalori yg Knda konsumsi sudah sebanyak 74 kalori, hanya dari gula saja. Dan tidak sporadis kali kita nir sadar sudah berapa poly gula yg kita konsumsi. Hal ini bisa menjadikan kenaikan berat badan yg akan diikuti beserta meningkatnya risiko penyakit lain. Tidak hanya penyakit degeneratif, Knda juga rentan mengalami sakit gigi.

Kelebihan pemanis sintesis dibanding gula pasir

Sementara dalam pemanis sintesis, lebih poly didominasi nir memiliki kalori. Atau kalau pun mengandung kalori, jumlahnya sangat sedikit. Jenis pemanis sintesis yg mengandung kalori ialah golongan pemanis yg berasal dari alkohol misalnya manitol, sorbitol, & xylitol. Dengan jumlah kalori yg sedikit bahkan hampir nir terdapat, pemanis sintesis tidak sporadis digunakan dalam produk yg dikhususkan bagi mereka yg sedang diet. Sebagai perbandingan, jikalau berat badan Knda sekitar 55 kg & Knda menyeduh kopi memakai 2 sachet pemanis sintesis, maka Knda bisa mengonsumsi sekitar 116 gelas kopi buat mencapai batas maksimum konsumsi pemanis sintesis dalam sehari. Hal ini ditimbulkan sang taraf kemanisan pemanis sintesis yg jauh lebih tinggi dari gula biasa. Aspartam contohnya, taraf kemanisannya 200 kali lipat jikalau dibandingkan beserta sukrosa atau gula pasir. Bandingkan berapa poly kalori yg Knda konsumsi jikalau Knda menyeduh 116 gelas kopi memakai gula pasir. Penggunaan pemanis sintesis terperinci bisa memotong jumlah asupan kalori Knda yg berasal dari gula.

Selain itu pemanis sintesis cenderung nir mempertinggi kadar gula darah, karena memang bukan termasuk karbohidrat. Berbeda beserta gula pasir yg termasuk golongan karbohidrat & bisa memicu kerja insulin saat dikonsumsi. Maka pemanis sintesis tidak sporadis juga ditemukan dalam produk spesifik bagi penderita diabetes.

Kekurangan pemanis sintesis

Namun pemanis sintesis nir selalu menerima respon positif. Sekitar tahun 1970, dilakukan penelitian terkait sakarin & kanker. Setelah diujicobakan ke tikus, ditemukan bahwa tikus yg diberi sakarin dalam takaran tinggi menderita kanker kandung kemih. Penelitian lain dalam tahun 2005, misalnya dikutip dari CNN, mengungkapkan bahwa tikus yg diberi aspartam takaran tinggi (sekitar setara beserta mengonsumsi 2000 kaleng soda diet) memiliki risiko tinggi menderita leukimia. Namun holistik penelitian terkait pemanis sintesis ini masih belum diketahui apakah memberi impak yg sama dalam insan.

Tidak hanya dikaitkan beserta kanker, pemanis sintesis juga dikaitkan beserta kenaikan berat badan. Meskipun memiliki jumlah kalori yg sangat sedikit, penggunaan pemanis sintesis yg terus menerus akan memproduksi indra pengecapan kita menjadi kebal beserta rasa indah. Knda mungkin akan kehilangan nafsu buat masakan misalnya sayur & butir yg sebenarnya sehat akan tetapi nir terlalu indah. Selain itu, karena Knda sudah merasa makan lebih sedikit beserta memakai pemanis tanpa kalori dalam kopi Knda, sehabis itu Knda akan memberi reward dalam diri Knda beserta memakan sepotong kudapan manis atau donat. Tubuh Knda merasa belum mendapatkan gula yg sesungguhnya menjadi akibatnya Knda kemudian mencari gula dari masakan lain.

Dan misalnya dikutip dari Harvard Health Publication, dr.Ludwig, seseorang profesor dalam bidang kesehatan anak menyatakan bahwa terdapat kemungkinan pemanis sintesis menstimulasi pembentukan sel lemak yg baru menjadi akibatnya bisa memicu kenaikan berat badan.

Masih diharapkan penelitian lebih lanjut terkait pemanis sintesis & pengaruhnya bagi kesehatan. Penggunaannya bisa membantu terutama bagi mereka yg memiliki keadaan kesehatan eksklusif misalnya diabetes & kegemukan. Tetapi apapun jenis pemanis yg Knda pilih, gunakanlah dalam porsi secukupnya.

BACA JUGA:

lima Langkah Kurangi Makan Gula
Gula & Makanan Manis Dalam Menu Makan Anak Knda
Menguak Rahasia Gelembung Soda
loading...

0 komentar untuk Gula vs Pemanis Buatan, Mana yang Lebih Sehat