Pola Asuh Anda Beda Dengan Pasangan, Apa yang Harus Dilakukan

Pola Asuh Anda Beda Dengan Pasangan, Apa yang Harus Dilakukan
Menjadi orangtua tidaklah gampang, perlu kerja keras dan kerja cerdas dalam mendidik anak. Sayangnya, alasannya disparitas latar belakang, tidak sporadis Enda dan pasangan memiliki pola asuh anak yg tidak selaras. Misalkan, Enda ingin anak Enda disiplin bareng selalu bangun pagi dan segera mandi. Sedangkan pasangan Enda tidak mempermasalahkan jikalau anak bangun siang. Nah, disparitas pola asuh tidak sporadis kali menimbulkan perdebatan pada antara Enda dan pasangan, dan kebingungan pada antara anak-anak. Lalu apa yg mampu dilakukan?

Pasutri mampu menciptakan pola asuh anak yg unik

Setiap orangtua punya pola asuh anak yg bhineka. Ada pola asuh yg otoriter, pada mana anak wajib selalu mengikuti kemauan orangtua alasannya aturannya memang begitu. Ada jua yg mengasuh anaknya bareng pola demokratis pada mana orangtua lebih menekankan pilihan dan konsekuensi yg wajib anak tanggung. Atau mungkin Enda ialah tipe orangtua yg overprotektif?

Sebenarnya setiap pola asuh punya kelemahan dan keunggulan masing-masing. Akan akan tetapi, jikalau Enda dan pasangan selalu cekcok soal pola asuh mana yg terbaik, Enda berdua akan kesulitan meraup manfaat dari masing-masing pola asuh. Pengasuhan Enda pun jadi tidak aporisma.

Sebenarnya Enda dan pasangan gak perlu mendebatkan pola asuh anak misalnya apa yg paling tepat, misalnya antara otoriter atau demokratis. Justru kuncinya ialah menciptakan pola asuh anak sendiri, yaitu campuran dari cara pandang suami istri yg saling melengkapi.    

Pola asuh yg unik dan seimbang ini akan menjadi cara terbaik buat membesarkan anak. Selain suami dan istri sama-sama memahami batasan masing-masing (misalnya dihentikan menggunakan kekerasan sama sekali termasuk mencubit), anak pun jua akan paham batasan dan sikap misalnya apa yg dibutuhkan orangtua terhadap dirinya.

Tips mengatasi disparitas pandangan soal pola asuh anak

1. Tentukan tujuan dan nilai-nilai yg ingin ditanamkan

Diskusikan bareng pasangan Enda soal pola asuhan yg ideal. Yang wajib dipertimbangkan dan dibicarakan diantaranya apa tujuan yg ingin dicapai, nilai apa yg ingin ditanamkan, dan bagaimana cara membantu anak tumbuh dan berkembang.

Contohnya, Enda berdua sama-sama punya tujuan buat membesarkan anak yg rendah hati dan ingin menanamkan pentingnya rasa bersyukur. Sekarang yg jadi PR ialah bagaimana cara mengasuh anak buat mencapai tujuan dan menanamkan nilai tadi.

Coba diskusikan, misalnya apakah kebiasaan Ayah membelikan anak anugerah mahal alasannya nilai ulangannya bagus mampu membuatnya rendah hati. Jila memberikan anugerah atau reward memang tidak mampu mengajarkan anak pentingnya bersyukur dan kerendahan hati, jangan dibiasakan.

2. Saling memahami

Dalam termin ini, Enda berdua wajib sama-sama bersikap terbuka, tidak boleh saling menyalahkan, membela diri, atau merasa paling betul. Dengarkan pendapat pasangan baik-baik. Daripada pribadi mengkritik pola asuhan pasangan, lebih baik tanyakan dulu maksudnya.

Misalnya pasangan Enda membentak anak. Jangan pribadi marah, akan akan tetapi bicarakan baik-baik dan tanya kenapa tadi membentak anak. Setelah pasangan membeberkan alasannya, sampaikan pendapat Enda tanpa maksud menyerang. Katakan, Aku rasa jikalau kita membentak-bentak Adik, dia tidak bakal paham apa maksud kita. Yang dia tangkap cuma emosi negatif dan rasa takut dibentak, bukan rasa tanggung jawab buat membereskan mainannya. Menurut Ayah bagaimana?

Tentu cara komunikasi yg terbuka ini jauh lebih efektif daripada hanya menyalahkan pasangan misalnya, Tadi Ayah bentak-bentak Adik, sih! Lihat, tuh, sekarang dia jadi menangis terus.

tiga. Jangan mengkritik pasangan pada depan anak

Perbedaan pola asuh anak tidak sporadis akan menimbulkan perdebatan. Namun, disparitas pola asuh tadi perlu dibicarakan berdua saja. Hindari perdebatan panjang atau konflik pada depan anak Enda.

Sebagai model, pasangan Enda punya kebiasaan mengerjakan PR atau tugas sekolah anak, bukannya membiarkan anak mengerjakan sendiri apa yg menjadi tanggung jawabnya. Jila Enda tidak sepakat, jangan menyalahkan pasangan pada depan anak bareng mengatakan misalnya, Ibu selalu saja mengerjakan tugas-tugasnya Kakak. Pantas saja Kakak tidak pernah belajar dan nilainya selalu tidak baik jikalau bukan Ibu yg mengerjakan! Biarkan Kakak mencoba mengerjakan tugasnya sendiri, dong, Bu.

Mengkritik pasangan pada depan anak akan memberikan pesan yg keliru bagi anak, seolah-olah satu dari orangtuanya salah dan yg lain mutlak betul. Anak pun mampu kehilangan respek pada pasangan Enda yg selalu disalahkan pada hadapannya.

4. Tetapkan batasan-batasannya

Perbedaan pola asuh anak itu lumrah saja. Namun, usahakan ke 2 orangtua menetapkan batasan-batasan diri yg terperinci. Misalnya, jikalau mau mendisiplinkan anak tidak boleh pakai kekerasan fisik sama sekali atau tidak boleh menyogok anak supaya patuh.

Menentukan batasan akan semakin mempertegas nilai apa saja yg ingin ditanamkan pada anak. Selain itu, anak jua jadi paham sikap apa saja yg mampu diterima dan tidak.
loading...

0 komentar untuk Pola Asuh Anda Beda Dengan Pasangan, Apa yang Harus Dilakukan