Bagaimana Mendeteksi Rasa Sakit Pada Anak di Usia yang berbeda

Bagaimana Mendeteksi Rasa Sakit Pada Anak di Usia yang berbeda
Bayi (baru lahir 1 tahun)

Dari hari kelahiran, bayi (termasuk bayi prematur) sudah bisa merasakan dan mengekspresikan rasa sakit. Bayi prematur dipercaya mempunyai sensitivitas lebih terhadap rasa sakit, karena mereka mempunyai lebih sedikit kemampuan untuk mengatasi rasa sakit.

Bayi yang baru lahir bisa merespon peristiwa yang menyebabkan rasa sakit seperti pada menit atau jam pertama asal kelahiran.

Menilai rasa sakit pada bayi tergantung asal observasi. Bayi yang baru lahir bisa mengerti rasa sakit. Mereka bisa menunjukkan perilaku di awal untuk mengindikasi bahwa mereka telah mengerti pengalaman yang menyakitkan sebelumnya. Pada 4 sampai 6 bulan, bayi yang mengalami rasa sakit berkelanjutan akan merespon rasa sakit dengan berbeda.

Bayi yang mengalami rasa sakit cenderung menunjukkannya dengan ekspresi paras, pergerakan tangan dan kaki, serta menangis. Mereka mungkin mencoba melindungi area tubuh yang sakit atau bahkan menariknya. Perubahan pada pola makan, buang air, dan tidur juga bisa menjadi indikator rasa sakit. Ekspresi paras bisa digunakan sebagai indikator paling baik terhadap rasa sakit pada semua kelompok usia. Meringis, mata terpejam, dan mulut terbuka ialah ekspresi awam pada rasa sakit.

Bayi menangis untuk alasan seperti rasa lapar, marah atau ketakutan, namun tangisan hasil rasa sakit berbeda. Tangisan hasil rasa sakit bernada tinggi, tegang, tajam, pendek dan kencang. Namun, tidak adanya tangisan bukan berarti anak bebas asal rasa sakit. Bayi yang sedang kesakitan mungkin tidak menangis sama sekali, terutama andai kata bayi prematur atau masih sangat kecil, mungkin karena tidak mempunyai energi untuk menangis.

Indikator fisik, meliputi detak jantung, laju pernapasan, tekanan darah, warna kulit, muntah, berkeringat, atau pupil yang melebar, juga bisa menentukan andai kata bayi sedang dalam rasa sakit.

Karena perubahan pada indikator tersebut bisa disebabkan oleh penyebab lainnya, seperti stres, ketakutan atau gelisah, perubahan fisik lebih sulit untuk diinterpretasikan dibanding dengan perubahan perilaku. Namun, dengan dengan indikator perilaku, tanda-tanda tersebut bisa digunakan untuk menilai anak dalam rasa sakit secara keseluruhan.

Balita dan anak-anak prasekolah (1 4 tahun)

Balita bisa mengekspresikan intensitas rasa sakit mereka. Bahkan anak-anak yang belum bisa berbicara atau mempunyai keterbatasan dalam berbicara bisa mengindikasikan kadar, jenis dan lokasi rasa sakit. Jika memungkinkan, anak sebaiknya ditanyakan dan didorong untuk mengekspresikan rasa sakit dengan kata-kata yang mereka mengerti. Membuat anak menginterpretasikan respon rasa sakit mungkin akan membutuhkan kesabaran dan keterampilan. Anak-anak pada usia ini sedang menumbuhkan kesadaran diri dan bisa mempunyai memori terhadap insiden yang menyakitkan. Hal ini bisa menaikkan rasa takut dan cemas pada anak. Sebagai contoh, melihat darah asal luka kecil bisa membuat anak khawatir dan kondisi emosional tersebut bisa mempengaruhi reaksi terhadap rasa sakit.

Di saat yang bersamaan, peningkatan kesadaran terhadap diri sendiri memberikan kesempatan anak untuk mengatasi rasa sakit yang tidak bisa dilakukan saat masih bayi. Orangtua harus bisa mengenali rasa sakit pada anak dan menjelaskan apa yang terjadi. Untuk anak yang sedang merasa sakit, pengertian tentang rasa sakit bisa menaikkan kendali anak. Hal ini bisa membantunya mengatasi rasa sakit secara efektif. Menjelaskan kepada anak apa yang sedang terjadi dan apa penyebabnya, juga bisa mencegah anak mempunyai agama yang negatif terhadap rasa sakit dan penyebabnya.

Balita dan anak-anak prasekolah bisa melindungi atau menarik area tubuh untuk mengindikasi rasa sakit. Sebagai contoh, anak kecil seringkali menarik telinga andai kata mereka mengalami infeksi telinga. Orangtua harus mengawasi perubahan perilaku yang tidak biasa, seperti reaksi negatif pada aktivitas yang biasanya disukai, atau menolak mainan atau makanan kesukaan.

Anak-anak kecil usia sekolah  (5 8 tahun)

Anak-anak pada usia ini mulai mempunyai kesadaran tentang sebab-hasil. Mereka bisa mengerti bahwa rasa sakit yang mereka rasakan ialah hasil cedera atau penyakit. Mereka juga mengerti bahwa ada batas waktu pada rasa sakit, bahwa rasa sakit tidak akan terus berlangsung dan cedera atau rasa sakit tidak membahayakan hidup. Mereka juga bisa mengerti bahwa perawatan di tempat tinggal sakit dan melakukan prosedur yang menyakitkan bisa membantu mereka merasa lebih baik.

Walau indikator perubahan perilaku dan fisik bisa digunakan untuk menilai rasa sakit, anak usia ini juga bisa menggunakan alat penilaian rasa sakit yang digunakan para tenaga medis untuk menilai dan mengkualifikasi rasa sakit. Ada beberapa jenis skala rasa sakit yang bisa digunakan anak untuk menilai intensitas rasa sakit. Beberapa dokter bisa menggunakan skala 0-10, di mana 0 menunjukkan tidak adanya rasa sakit dan 10 ialah sangat sakit; beberapa menggunakan skala paras asal rasa sakit netral sampai parah. Anak-anak usia ini bisa mengindikasi di mana rasa sakit mereka dengan skala tersebut.

Anak-anak usia sekolah yang lebih dewasa (8 11 tahun)

Anak-anak dengan rentang usia ini mempunyai pengertian yang absolut terhadap rasa sakit dan bisa memberikan informasi tentang rasa sakit mereka. Pengertian yang lebih juga bisa memberi kesempatan untuk mengurangi kecemasan dan ketakutan pada peristiwa yang menyakitkan. Banyak anak yang tertarik dengan sains pada usia ini dan bisa mengerti beberapa dasar mekanisme rasa sakit sehingga mereka bisa mengatasi rasa sakit dengan lebih baik.

Anak-anak usia sekolah bisa mengekspresikan rasa sakit dengan baik. Mereka bisa mendeskripsikan rasa sakit dengan spesifik dan lebih konsisten dibanding dengan anak-anak yang lebih kecil.

Mereka juga bisa membantu penilaian rasa sakit dengan penggunaan alat pengukur yang efektif.

Pada usia ini, anak laki-laki lebih tidak ekspresif tentang rasa sakit mereka dibanding dengan anak perempuan, dan hal ini harus dipertimbangkan dalam penilaian. Anak laki-laki harus lebih didorong untuk mengekspresikan dengan baik.

Di waktu yang bersamaan, orangtua harus mengawasi perubahan perilaku anak seperti perubahan kebiasaan makan dan level aktivitas yang menunjukkan tanda-tanda rasa sakit.

Remaja (12 18 tahun)

Pada masa remaja, remaja lebih banyak mempunyai pengalaman dengan rasa sakit dan mempunyai pengertian yang masuk akal tentang mekanisme rasa sakit. Mereka juga tahu bagaimana kondisi emosional mempengaruhi rasa sakit yang mereka alami dan bagaimana rasa sakit bisa dihilangkan.

Remaja bisa menggunakan alat penilai rasa sakit. Alat-alat ini bisa memberikan deskripsi lengkap tentang jenis, intensitas, dan lokasi rasa sakit, juga level disabilitas yang disebabkan rasa sakit. Remaja juga telah mempelajari reaksi negatif terhadap rasa sakit. Walau mereka bisa mengekspresikan rasa sakit lebih baik asal anak-anak, kadang mereka memilih tidak mengekspresikannya.

Perilaku remaja bisa dipengaruhi oleh teman-teman dan orangtua. Sering kali, sesi konsultasi pribadi diperlukan untuk mendapatkan citra yang lebih seksama terhadap rasa sakit pasien.

Hello Health Group tidak menyediakan nasihat medis, diagnosis, atau pengobatan.
loading...

0 komentar untuk Bagaimana Mendeteksi Rasa Sakit Pada Anak di Usia yang berbeda