Menurut Sains, Mungkinkah Kita Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama

Menurut Sains, Mungkinkah Kita Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama
Bagi sebagian orang, cinta kepada pandangan pertama mungkin terkesan klise atau bahkan mengada-terdapat. Beberapa orang bahkan menjamin bahwa hal tadi terjadi hanya karena daya tarik fisik.  Bagaimana bisa jatuh cinta kepada seseorang hanya karena pertama kali melihatnya? Tahu kepribadiannya pun nir, bagaimana bisa cinta kepada orang yg kentara-kentara nir dikenal atau bahkan baru pertama kali Knda lihat? Untuk itu, simak pandangan para psikolog mengenai cinta kepada pandangan pertama.

Apa itu cinta kepada pandangan pertama?

Sebenarnya, celoteh cinta kepada pandangan pertama terkesan salah karena nir bisa dipahami secara kentara. Hal ini dikarenakan, waktu Knda mengungkapkan cinta kepada pandangan pertama berati merujuk kepada cinta yg Knda nikmati waktu pertama kali melihatnya.

Melihat orang pertama kali nir bisa mendeteksi karakteristiknya. Walaupun mungkin terkadang Knda bisa menebak sifat seseorang dari penampilannya, itu hanyalah sebuah keberuntungan atau kebetulan. Knda mungkin mengagumi penampilannya, akan namun nir bisa dikatakan mengasihi karena Knda nir mengenal orang tadi, apalagi mengetahui sifatnya. Dengan demikian, hanya memakai melihat orang lain secara sekilas tanpa berkesempatan mengenalnya lebih jauh nir bisa dikatakan Knda mengasihi orang tadi. 

Psikolog dari Amerika, Linda Blair mengatakan bahwa cinta kepada pandangan pertama lebih kepada nafsu kepada pandangan pertama karena yg pertama kali ditinjau sang mata artinya penampilan atau rupa. Maka, bisa jadi ketertarikan fisiklah yg sebenarnya timbul.

Blair mengatakan, cinta yg sebenarnya membutuhkan waktu lebih usang buat tumbuh. Perlu waktu nisbi buat menentukan apakah itu cinta atau hanya sekedar tertarik secara fisik.

Ya, cinta kepada pandangan pertama hanyalah ketertarikan yg bergelora ketika itu saja, nir mendalam. Oleh karenanya, selalu terdapat kemungkinan bahwa cinta ini nir akan bisa dibawa ke arah korelasi yg lebih berfokus. Fakta bahwa cinta kepada pandangan pertama bisa hilang selesainya beberapa waktu menyiratkan bahwa ini bukanlah cinta yg berfokus. 

Sangat sporadis terjadi cinta kepada pandangan pertama berlanjut ke korelasi yg lebih mendalam, dikarenakan seiring berjalannya waktu ternyata apa yg Knda pikirkan wacana seseorang tadi nir sinkron memakai kenyataannya. Namun, ini bukan harga mangkat. Ada juga beberapa pasangan yg awalnya memang hanya tertarik secara fisik saja. Namun, selesainya mengenal sosok satu sama lain secara lebih mendalam, cintanya terus tumbuh. 

Lalu apakah cinta kepada pandangan pertama itu terdapat?

Meski kebanyakan pakar nir memercayainya, beberapa orang percaya bahwa cinta kepada pandangan pertama memang konkret. Perasaan suka yg membuncah & debaran jantung yg nir teratur dan rasa konfiden bahwa dialah belahan jiwa memproduksi sebagian orang merasa bahwa dia menemukan cintanya kepada kali pertama melihat.

Perasaan dejavu atau dj vu juga bisa menyertai hal ini. Perasaan kepada mana Knda merasa sudah mengenal orang tadi kepada masa kemudian. Padahal kentara-kentara Knda baru melihatnya 5 detik yg kemudian. Atau mungkin kepada pandangan pertama Knda merasa separuh diri Knda mirip tertarik ke arahnya layaknya magnet.

Filsuf Plato pernah beropini bahwa ketika jiwa kita turun dari langit ke bumi, mereka terbagi menjadi akibatnya rendezvous pertama memakai belahan jiwa menjadi semacam reuni. Namun, klarifikasi metafisika yg diutarakan sang Plato nir bisa dijadikan acuan.

Bagaimanapun juga, Knda permanen memerlukan korelasi & korelasi secara pribadi buat menentukan apakah itu sungguh belahan jiwa Knda atau bukan. Karenanya, Knda wajib mengakui bahwa sebenarnya Knda nir sungguh mencintainya kepada pandangan pertama. Harus terdapat korelasi yg terjalin memakai baik buat mengasihi seseorang karena cinta nir tiba secara otomatis. Bertrand Russel, seseorang filsuf akbar global menyatakan bahwa Knda perlu mengenali secara pribadi sebelum Knda mencintainya, celoteh ini dikenal menjadi knowledge by acquaintance.

Usaha buat mengenali seseorang bisa bersifat kognitif, yakni sinkron apa yg dia katakan kepada Knda, & emosi apa yg beliau ungkapkan. Kemudian bisa melalui nada bunyi, kemudian caranya berperilaku, hingga bagaimana beliau menyikapi sesuatu. Hal ini nir berarti bahwa seluruh jenis ta’aruf semacam itu diharapkan buat mengasihi kepada pandangan pertama. Namun, buat menegaskan bahwa cinta nir bisa dibatasi hanya memakai persepsi visual saja.

Perkenalan semacam ini memproduksi Knda bisa lebih poly menilai & mempertimbangkan poly hal. Misalnya apakah beliau memiliki kesukaan humor yg sama memakai Knda? Apakah sikapnya sinkron memakai nilai yg Knda anut? Apakah Knda merasa nyaman jikalau berada kepada dekatnya?

Evaluasi semacam ini terjadi kepada strata yg lebih dari sekedar tatapan atau rendezvous pertama. Dari situlah baru cinta kepada pandangan pertama bisa berubah menjadi lebih dalam & berkelanjutan.

Bisakah kita membedakan cinta atau sekadar suka kepada pandangan pertama?

Menyukai & mengasihi kentara ke 2 hal yg tidak sinkron. Jadi, meskipun Knda menyukai ta’aruf pertama Knda memakai seseorang bukan berarti Knda bisa mencintainya. Semua ini pulang kepada Knda wacana apa arti cinta berdasarkan versi masing-masing.

Cinta acapkali kali digambarkan menjadi korelasi atau perasaan yg mengandung komitmen, konsisten, kejujuran, rasa percaya, perhatian, & lain sebagainya. Intinya, proses mengasihi artinya proses kepada mana Knda melakukan hal yg saling. Sehingga apa pun yg Knda lakukan dilakukan demi kebahagiaan beserta, bukan pribadi.

Dalam kasus cinta kepada ta’aruf pertama, perhatian mendalam terhadap satu sama lain tampaknya belum tumbuh, karena waktu yg diharapkan buat menumbuhkan hal tadi terlalu singkat. Cinta membutuhkan waktu buat berkembang. Setelah rendezvous pertama, Knda mulai bisa berpikir apakah orang ini memang pasti buat Knda atau justru kebalikannya. Mencintai seseorang secara mendalam butuh permulaan, & cinta kepada ta’aruf pertama bisa membawa Knda kepada cinta yg sesungguhnya.

Pada akhirnya, cinta kepada pandangan pertama mungkin saja terjadi. Namun, hanya orang yg memiliki pengalaman tersebutlah yg lebih bisa memaknainya. Apakah sahih-sahih cinta kepada pandangan pertama atau ternyata hanya suka kepada ta’aruf pertama.
loading...

0 komentar untuk Menurut Sains, Mungkinkah Kita Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama