Apakah Orang Dewasa Masih Perlu Minum Obat Cacing

Apakah Orang Dewasa Masih Perlu Minum Obat Cacing
Cacingan akrab dialami anak-anak. Kurangnya menjaga kebersihan bisa menjadi keliru satu faktor yg bisa mendorong penyebaran infeksi yg akan terjadi cacing. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa orang dewasa bisa mengalami cacingan.

Untuk perkara cacingan anak, dokter umumnya menganjurkan minum obat cacing 6 bulan sekali menjadi upaya pencegahan sekaligus pengobatan. Sama halnya waktu orang dewasa terkena cacingan. Orang dewasa yg cacingan haruslah mengonsumsi obat cacing buat mengobati akar permasalahannya. Aika nir ditangani bareng betul, cacingan bisa mengakibatkan komplikasi lanjutan, mirip penyumbatan usus & malabsorpsi nutrisi.

Namun, rekomendasi minum obat cacing menjadi upaya pencegahan diutamakan hanya buat orang-orang dewasa yg berisiko tinggi mengalami cacingan, kata dr. Tania Savitri, dokter awam dalam RSUD Sosodoro Djatikoesoemo, Bojonegoro, ketika diwawancarai sang tim Hello Sehat.

Lalu, siapa yg usahakan minum obat cacing?

Rekomendasi minum obat cacing per enam bulan sekali menjadi konservasi dari cacingan hanya dianjurkan dalam orang-orang dewasa yg berisiko mengalami cacingan, diantaranya:

1. Orang yg bekerja dalam daerah-daerah rawan cacing

Orang yg menghabiskan sebagian akbar waktu berada dalam daerah-daerah rawan populasi cacing (mirip tanah liat, tanah gembur, & pasir) yg kegiatan utamanya memungkinkan kulit mereka memiliki kontak tertentu bareng tanah tercemar, rentan mengalami cacingan. Misalnya, buruh bangunan, penggali tanah, atau peternak & petani yg bekerja bareng atau terpapar fauna.

Orang dalam daerah ini berisiko cacingan jikalau nir cuci tangan sesudah beraktivitas, atau area daerah mereka beraktivitas miskin fasilitas sanitasi yg memadai, menjadi akibatnya tanah yg tercemar cacing & feses fauna &/atau insan bisa bareng simpel memasuki ekspresi mereka.

2. Orang yg makan masakan nir bersih

Mengonsumsi sayuran atau butir yg nir dicuci bersih, terkupas betul, atau dimasak hingga sungguh matang, akan membuat seseorang berisiko terkena cacingan. Rutin mengonsumsi daging babi & daging sapi yg nir dimasak matang juga menaikkan risiko Knda terhadap penyakit cacingan.

3. Orang yg tinggal dalam lingkungan kumuh

Infeksi terjadi dalam daerah-daerah beriklim hangat & lembab, contohnya dalam tengah warga yg tinggal dalam daerah dalam mana fasilitas sanitasi & kebersihan diri nir memadai mirip dalam bantaran kali, pinggiran kota, atau pedesaan. Infeksi juga bisa terjadi bareng cara-alternatif yg memungkinkan kulit mereka buat memiliki kontak tertentu bareng tanah yg tercemar. Tanah dalam area ini bisa tercemar sang feses dari orang yg terinfeksi cacingan ketika dia BAB dalam toilet alam atau waktu kotoran insan juga dipergunakan menjadi pupuk.

Orang dalam daerah ini berisiko jikalau tanah yg tercemar bareng kotoran insan memasuki ekspresi mereka, atau jikalau mereka makan sayur, daging, atau butir yg nir dicuci bersih, dikupas bareng baik, atau dimasak hingga matang.

Cacing hayati juga biasa dijadikan menjadi umpan ketika memancing. Hobi ini bisa membuat orang dewasa rentan mengalami cacingan jikalau nir cuci tangan sesudah memegang cacing. Jarang mencuci tangan berarti merisikokan diri Knda memindahkan bibit telur cacing dari tangan tertentu ke dalam ekspresi.

Berdasarkan penelitian dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dilansir dari Detik Health, output investigasi feses dalam sampel warga dalam lingkungan kumuh menunjukkan bahwa masih poly orang dewasa yg membawa telur cacing dalam tubuhnya. Angka kejadian cacingan dalam tengah warga kumuh Jakarta diketahui mencapai 40-45 %. Ini yg mengakibatkan alasan mengapa golongan warga daerah pinggiran atau pedesaan juga dianjurkan buat minum obat cacing demi mencegah penularan cacingan.

4. Orang-orang yg tinggal dalam daerah endemik cacingan

Warga yg bermukim dalam lokasi endemik penyakit cacingan wajib permanen mencurigai penularan penyakit schistosomiasis bareng meminum obat cacing. Schistosomiasis, atau demam keong, ialah infeksi parasit akut & kronis yg ditimbulkan sang cacing Schistosoma japonicum. Di Indonesia, cacing ini ditemukan endemik semenjak tahun 2008 dalam 2 daerah dalam Sulawesi Tengah: Dataran Tinggi Lindu & Dataran Tinggi Napu, & hingga sekarang masih terus mengancam kesehatan masyarakatnya. Bahkan, schistosomiasis sudah menyebar dalam beberapa daerah kecamatan kurang lebih.

Schistosomiasis awam terjadi dalam dalam daerah tropis & subtropis, khususnya dalam warga daerah pinggiran &/atau pedalaman tanpa akses ke air minum bersih & fasilitas sanitasi yg memadai. Penularan terjadi waktu orang menderita schistosomiasis mencemari asal air tawar bareng feses mereka yg mengandung telur parasit yg kemudian menetas dalam dalam air.

Untuk fakta lebih lanjut perihal daerah endemis cacingan dalam daerah Knda, tanyakan petugas kesehatan setempat.

Selain itu, kapan orang dewasa wajib minum obat cacing?

Aika gaya hayati Knda sudah dirasa bersih mencuci butir & sayur hingga bersih, mempersiapkan bahan-bahan makan bareng baik & betul, masak daging hingga matang, rajin cuci tangan anjuran minum obat cacing buat orang dewasa dalam umumnya diubah menjadi satu tahun sekali.

Sebagai upaya pencegahan, tidak apa bila Knda ingin minum obat cacing 6 bulan sekali. Dosis obat cacing termasuk takaran tunggal, menjadi akibatnya nir akan memunculkan impak samping berat sesudah minum obat meski tubuh Knda nir memiliki cacing.

BACA JUGA:

Sudah Benarkah Cara Cuci Tangan Knda?
Sabun vs Hand Sanitizer: Mana Lebih Baik buat Cuci Tangan?
6 Penyakit yg Mungkin Terjadi Akibat Berbagi Barang Pribadi
loading...

0 komentar untuk Apakah Orang Dewasa Masih Perlu Minum Obat Cacing