6 Alasan Mengejutkan Mengapa Wanita Memilih Tidak Punya Anak

6 Alasan Mengejutkan Mengapa Wanita Memilih Tidak Punya Anak
Budaya Indonesia tampaknya sulit buat mendapatkan kenyataan bahwa kebanyakan perempuan sanggup nir menjadi seseorang bunda & nir punya anak. Hal ini bertentangan beserta seluruh yg sudah diajarkan kepada kita perihal bagaimana seseorang perempuan seharusnya.

Perempuan diajarkan bahwa memiliki anak artinya satu-satunya cara yg mutlak buat mencari pemenuhan jati diri. Mereka tumbuh dewasa memeriksa bahwa mereka wajib hamil, melahirkan, & mencicipi nikmatnya menjadi seseorang bunda & jikalau nir, artinya hayati mereka nir lengkap, bukan perempuan seutuhnya. Aika kita mempercayai seluruh apa istilah media & budaya sosial, perempuan bahkan remaja perempuan berada kepada ujung tanduk, putus keinginan, buat memiliki anak. Anak artinya hasrat terbesar mereka.

Para perempuan yg jatuh dalam grup ini, apakah sinkron pilihan atau bukan, seringkali mengalami kritik yg nir adil & cibiran. Mereka dipercaya keras kepala, malas, & mementingkan diri sendiri. Mereka diliputi rasa membangun malu & pengasingan.

Tapi, terdapat aneka macam alasan mengapa seseorang perempuan nir punya anak kesemuanya nir menurunkan derajat & hakekatnya menjadi perempuan yg utuh.

Apa saja alasan yg membangun seseorang perempuan nir punya anak?

1. Tidak sanggup secara fisik

Berdasarkan data dari CNN, dari jumlah 40 juta pasangan status kawin kepada Indonesia yg berada dalam usia fertile, 10-15 % kepada antaranya terhitung mandul alias nir fertile, yg menimbulkan sulit buat mendapatkan anak. Infertilitas adalah ketidakmampuan pasangan buat sukses hamil selesainya melakukan interaksi seksual teratur selama 1 tahun tanpa kontrasepsi.

Ketidaksuburan sanggup ditimbulkan sang umur, perubahan berat badan yg terlalu drastis, penggunaan alkohol berlebih, merokok, stres, atau hanya sekadar daur menstruasi yg nir teratur. The American Society for Reproductive Medicine, dilansir dari Self, membicarakan lima hingga 10 % perkara pasangan yg mengalami kesulitan buat hamil, seluruh tes kesuburan yg dijalani memiliki output normal. Kondisi ini, atau dalam perkara kepada mana hanya ditemukan kelainan mini yg bukan penyebab infertilitas, diklaim beserta infertilitas yg nir terjelaskan.

2. Kondisi kesehatan yg diidap

Riwayat syarat medis yg dimiliki sang perempuan juga berperan krusial dalam keputusannya memiliki anak.

Isu kesehatan misalnya perkara ovulasi (gangguan tuba fallopi, sindrom ovarium polikistik/PCOS, menopause dini, endometriosis, stigma fisik kepada ovarium, gangguan tiroid, kista kepada rahim, sindrom peradangan panggul, & lainnya) hingga perkara kesehatan lain yg nir terkait beserta sistem ovulasi perempuan, misalnya infeksi saluran kencing (ISK), penyakit kelamin, gangguan kelenjar tiroid, kurang darah, tuberkulosis genitalia, perkara sistem imun, hingga stres & syok seluruh ini sanggup memainkan kiprah dalam ketidaksuburan perempuan. Saat seseorang perempuan memiliki satu kepada antara 9 syarat kesehatan ini juga berakibat pilihannya buat nir punya anak menjadi alasan yg bertenaga.

Selain itu, terkadang beberapa obat-obatan resep yg dipergunakan buat mengobati syarat tertentu juga berakibat alasan seseorang perempuan buat nir memiliki anak, selesainya menimbang manfaat & risiko yg mungkin dibawa. Misalnya, Paxil, obat anti-kecemasan, sudah dikaitkan beserta stigma lahir kepada bayi. Gejala dari pemberhentian obat ini melibatkan berkeringat dingin, muntah, pusing, kelelahan kronis, & penurunan berat badan. Stres dari pemberhentian obat yg wajib dijalani selama sembilan bulan sanggup menempatkan ke 2 calon bunda & bayi dalam peningkatan komplikasi kehamilan.

tiga. Dua anak nisbi

Gagasan bahwa pernikahan artinya hanya buat wahana reproduksi kini sudah kelewat lama. Meskipun sebagian akbar perempuan usia menikah akhirnya memiliki anak, beberapa perempuan nir sungguh menginginkan sebuah keluarga akbar, & nir terdapat yg aneh beserta hal ini.

Fenomena ini dibuktikan sang data Riskesdas Kemenkes RI yg menampakan bahwa penggunaan kontrasepsi semenjak tahun 1991-2012 cenderung semakin tinggi, ad interim tren nomor kesuburan cenderung menurun. Artinya, cakupan perempuan usia fertile (15-49 tahun) yg menggunakan KB sejalan beserta menurunnya nomor fertilitas nasional. Lebih lanjut, terlihat adanya penurunan tren dari tiga anak per perempuan kepada tahun 1991 menjadi 2,6 anak semenjak tahun 2002 hingga 2012.

4. Penggunaan pelumas dikala seks

Pelumas mengurangi lincahnya konvoi & kemulusan transfer sperma. Fisiolog reproduksi, Joanna Ellington, dilansir dari India Times, berujar bahwa pelumas berbasis air kepada biasanya mengandung gliserin (terbukti menjadi racun sperma) & propilen glikol, yg keduanya bersifat hyperosmosis. Hal ini menimbulkan kerusakan tetap kepada sperma & peningkatan kematian selesainya gambaran terhadap lubrikan tadi. Kerusakan sperma & ketidakmampuan menembus ke dalam rahim yg diakibatkannya sanggup mencegah pembuahan kepada beberapa pasangan.

lima. Peningkatan pemakaian kontrasepsi

Angka penggunaan kontrasepsi kepada indonesia, dilaporkan Kemenkes RI, sepanjang tahun 2005-2012 mencapai 61 %, melebihi homogen-homogen penggunaan kontrasepsi kepada negara-negara ASEAN yaitu 58,1 %, berbanding lurus beserta nomor perempuan usia fertile kepada Indonesia yg mencapai 65 juta perempuan peringkat pertama kepada ASEAN tahun 2008.

Data Riskesdas 2013 juga menampakan bahwa 59,tiga% perempuan usia fertile (15-49%) beserta status kawin kepada Indonesia aktif menggunakan metode KB teranyar (implan, injeksi, operasi MOW/MOP, kondom, injeksi, pil). Data BKKBN 2013 melaporkan terdapat 8,500,247 pasangan usia fertile (PUS) yg adalah peserta KB baru, & hampir separuh (48,56%) dari total populasi tadi menggunakan metode injeksi KB.

6. Tidak mau saja, alias alasan personal

Pada akhirnya, memiliki anak artinya pilihan individu. Dan beberapa perempuan hanya nir ingin melakukannya. Wanita mengalami semacam kebebasan mereka belum pernah miliki sebelumnya.

Lewatlah sudah hari-hari dikala perempuan hanya sanggup menjadi bunda tempat tinggal tangga, dikala mereka mencicipi tekanan buat tinggal kepada tempat tinggal & mengasuh keluarga mereka, 24 jam sehari-7 hari seminggu. Sekarang, perempuan berada kepada setiap sudut setiap industri profesional, beserta nomor yg kian bertumbuh setiap hari. Beragamnya pilihan baru inilah yg membangun perempuan merasa misalnya mereka sungguh sanggup melakukan segalanya; buat penekanan kepada karir atau atau perkara langsung lainnya.

Aspek menarik lainnya, sebuah studi dari Kansas State University, dilansir dari Elite Daily, menampakan bahwa menyaksikan/mendengar/menangani tantrum & rengekan keras, popok bau, atau hal-hal lain yg kotor & menjijikan dari merawat bayi membangun poly orang lebih memilih buat nir punya anak.

BACA JUGA:

Apa Saja Risiko yg Dapat Ditimbulkan Oleh Seks Anal?
Bukan Hanya Usir Stres, Liburan Juga Baik buat Kesehatan Fisik
Apa Akibatnya Aika Melakukan Seks Terlalu Sering?
loading...

0 komentar untuk 6 Alasan Mengejutkan Mengapa Wanita Memilih Tidak Punya Anak