Kenapa Semua Anak Perlu Pendidikan Seks

Kenapa Semua Anak Perlu Pendidikan Seks
Dilansir dari BKKBN, output survei Badan Pusat Statistik tahun 2012 menyampaikan bahwa nomor kehamilan remaja pada usia 15-19 tahun mencapai 48 dari 1.000 kehamilan. Tingginya nomor kehamilan remaja ini menjadi galat satu penyumbang jumlah kematian bunda & bayi pada Indonesia.

Menurut data Infodatin HIV/AIDS Kemenkes RI, tingkat kejadian HIV pada usia 15-24 tahun mencapai sampai 4,400 perkara pada tahun 2014. Berdasarkan faktor risiko, interaksi seksual antar pria & wanita tanpa pengaman tergolong sebagai penyebab utama dari infeksi HIV sepanjang lima tahun terakhir. Pada tahun 2015, infeksi HIV implikasi seks penetrasi vagina yang tidak kondusif mencapai 46,2 persen.

Pendidikan seks bukan pornografi

Sayangnya, sampai kini pendidikan seks pada sekolah terus ditolak oleh poly pihak. Alasannya, pendidikan seks dicurigai sebagai kegiatan kontraproduktif & mengarah pada pornografi. Padahal, minimnya akses formal terhadap pendidikan seks pada Indonesia membuat anak & remaja cenderung untuk memuaskan rasa ingin tahunya melalui saluran lain, seperti internet, film porno, & teman sebaya yang pada biasanya tidak tepat & mampu jadi berbahaya.

Padahal, pendidikan seks komprehensif akan menjadi efektif untuk menanggulangi pergaulan bebas. Mengutip dari advocatesforyouth.org, pendidikan seks yang komprehensif & program pencegahan HIV/AIDS yang efektif menunjukkan pengaruh terhadap perubahan konduite &/atau mencapai implikasi kesehatan yang positif, termasuk menunda melakukan seks pertama, penurunan kejadian seks tidak kondusif, peningkatan penggunaan kondom & kontrasepsi, serta tingkat kehamilan & nomor kejadian infeksi menular seksual (IMS) yang jauh lebih rendah.

Di sinilah peran orangtua diperlukan sebagai pendidik utama anak, untuk melibatkan mereka dalam diskusi seksualitas & kesehatan reproduksi. Ketika orangtua berbicara tentang seksualitas bareng anak-anak mereka, Anda mampu memastikan bahwa informasi yang mereka dapatkan ialah informasi yang tepat. Orangtua wajib menjadi sumber pertama anak mengenai seks & seksualitas.

Saat anak penasaran tentang seks, diskusikan. Jangan dipercaya tabu.

Studi menunjukkan, semakin seringkali anak terekspos bareng gambar-gambar seksual pada media, akan lebih akbar pula keterlibatan mereka dalam aktivitas &/atau konduite seksual sejak usia sangat belia. Walaupun begitu, pendidikan seks yang sebenarnya tidak akan menuntun anak menuju pergaulan bebas.

Rasa penasaran mengenai seks ialah langkah alami dari pertumbuhan anak untuk belajar tentang tubuhnya. Pendidikan seks membantu anak untuk lebih memahami tentang tubuh & membantu mereka menyayangi tubuh mereka sendiri.

Mendiskusikan seksualitas merupakan bagian krusial dari komunikasi terbuka bareng anak Anda. Komunikasi yang terbuka, dilakukan sejak dini, & amanah antara orangtua bareng anak ialah krusial, terutama ketika mereka bergerak remaja.

Jalur komunikasi yang selalu tersedia antar anak-orangtua akan memungkinkan anak untuk terbuka & berbicara pribadi bareng orangtuanya tentang seluruh permasalahan hidup ABG, termasuk depresi, pacaran, penggunaan alkohol & obat-obatan terlarang, serta masalah seksual. Juga, memungkinkan orangtua untuk menghindari memberikan satu ceramah panjang yang tidak dirasa nyaman oleh anak ABG. Biarkan anak menyampaikan seluruh pertanyaan & opininya sehingga pembicaraan tentang seks menjadi sebuah diskusi, bukan wejangan satu arah saja.

Pendidikan seks pula memberikan kesempatan bagi Anda untuk menanamkan nilai-nilai famili anda. Misalnya, jikalau Anda & famili percaya bahwa interaksi seksual wajib diakukan sehabis menikah, ini mampu dijadikan topik diskusi dari pembicaraan Anda bareng anak. Bika hal-hal seperti ini tidak pernah didiskusikan sebelumnya, ada kemungkinan akbar bahwa anak remaja Anda tidak akan menerima pesan ini.

Riset menunjukkan bahwa anak-anak yang sudah mendapatkan pendidikan seks pada rumah dari orangtuanya cenderung untuk tidak terlibat dalam konduite seksual berisiko.

Bagaimana cara memulai pendidikan seks pada rumah?

Saat membicarakan tentang seks bareng anak, pastikan bahwa diskusi tersebut sesuai bareng umur mereka. Jelaskan topik bareng bahasa yang sederhana supaya anak Anda paham, & jangan pula pribadi memberikan kuliah awam bareng poly sekali topik dalam satu waktu sekaligus. Anak-anak cenderung menunjukkan rasa penasaran mereka terhadap kehamilan & bagaimana bayi dirancang, dibanding bareng mekanisme seks itu sendiri.

Sejak kecil, anak sudah wajib mampu mengetahui & membedakan bagian tubuh, termasuk genitalia. Hindari penamaan ambigu seperti anu atau susu untuk membantu anak belajar memahami tubuhnya sendiri, & supaya mereka mampu mengidentifikasi masalah bareng tepat ketika Anda mencurigai adanya kekerasan seksual yang terjadi pada anak Anda. Jadi, gunakan ungkap yang betul sejak awal: payudara, dada, puting, penis, vulva, vagina, testis.

Bika anak balita Anda bertanya darimana bayi berasal, Anda mampu memancingnya bareng bertanya balik, Menurut engkau gimana? untuk mengetahui seberapa baik pemahamannya. Anda mampu menyebutkan bareng bahasa sederhana, seperti, Bayi hidup pada rahim mama. Saat bayi sudah akbar, dia keluar dari jalur lahir, namanya vagina.

Tentu Anda mampu memodifikasi klarifikasi Anda mengenai seks & kehamilan sesuai bareng umur anak Anda. Di usia 6-10 tahun, Anda sudah mampu mulai menyebutkan apa itu seks (seks ialah ketika penis dari seorang laki-laki masuk ke dalam vagina perempuan) bareng klarifikasi yang baik & bahasa yang nyaman bagi Anda & anak.

Hal krusial lainnya ialah pubertas. Mengenalkan pada anak seputar konsep pubertas & bagaimana fisik tubuh berubah implikasi pubertas ialah inspirasi yang baik untuk dilakukan sejak dini, bahkan sebelum anak mencapai masa pubertas. Misalnya, Dek, coba liat si kakak deh. Sekarang beliau jenggotan (atau memiliki payudara) & suaranya akbar, kan? Semua orang seperti itu. Nanti engkau kalau sudah akbar pula akan seperti itu. Rambut pula akan tumbuh pada penis/vagina engkau, & pada ketiak engkau.

Beda umur, beda cara menyampaikan

Saat berbicara bareng anak remaja, sampaikan tidak hanya fakta & informasi seputar seksualitas, namun pula perasaan, pendapat, & sikap Anda mengenai berita-berita tertentu, seperti seks oral atau berita-berita seksualitas secara awam, sesuai bareng konteks nilai famili, kepercayaan, atau personal Anda. Beri tahukan risiko dari setiap kondisi secara objektif, termasuk dari sisi emosional, infeksi menular, & kehamilan tidak diinginkan. Jelaskan pentingnya kontrasepsi, terutama kondom, & pula bahwa seks oral bukanlah solusi kondusif dari seks penetrasi vagina.

Bika anak remaja Anda menonton film porno, jangan panik. Jangan pula memarahinya. Gunakan kesempatan ini sebagai pembuka diskusi mengenai apa saja yang telah dia lihat & sampaikan padanya bahwa penasaran tentang seks itu ialah hal yang lumrah. Sebagai orangtua, Anda wajib memakai kesempatan ini untuk meluruskan fantasi & risiko mayapada konkret yang mungkin terjadi dari film-film porno, & bahwa seks ialah hal personal & privat bagi orang dewasa.

Berbagai faktor seperti tekanan teman sebaya, rasa ingin tahu & kesepian, contohnya, mengarahkan beberapa remaja dalam aktivitas seksual dini. Tapi, tidak usak usah terburu-buru. Ingatkan anak ABG Anda bahwa seks ialah konduite orang dewasa. Sampai ketika itu, masih poly alternatif untuk mengekspresikan afeksi, bareng cara mengobrol, jalan-jalan, pegangan tangan, mencium, atau memeluk.

Jelaskan pula bahwa tidak ada seorang pun yang wajib merasa diwajibkan untuk berafiliasi seks atas dasar paksaan atau ketakutan. Segala macam seks atas dasar paksaan ialah bentuk pemerkosaan, tidak peduli pelaku ialah orang asing maupun yang mereka kenal baik.

Selalu tekankan pada anak Anda bahwa tidak ialah tidak, & pengaruh alkohol maupun obat-obatan akan merusak kemampuannya dalam mengambil keputusan soal seks, & mampu berujung pada kekerasan seksual.

BACA JUGA:

Kondom dobel katanya lebih kondusif. Benar atau galat?
Panduan yang perlu Anda ketahui tentang seks & kehamilan
Apa itu Morning After Pill?
loading...

0 komentar untuk Kenapa Semua Anak Perlu Pendidikan Seks