Pertimbangan Penting Bagi Orangtua Sebelum Memutuskan Homeschooling untuk Anak

Pertimbangan Penting Bagi Orangtua Sebelum Memutuskan Homeschooling untuk Anak
Banyak orangtua yang kini melirik metode pembelajaran homeschooling untuk anak mereka. Dengan menyekolahkan anak pada rumah sendiri, Knda tidak perlu repot antar-jemput serta tidak perlu pula mengkhawatirkan makanan si mini. Knda pula mampu menyeleksi sendiri pengajar atau tutor yang Knda rasa sesuai untuk anak Knda. Namun, apa homeschooling betul cocok untuk anak Knda daripada pada sekolah biasa? Berikut sejumlah hal yang perlu Knda pertimbangkan.

Apa manfaat homeschooling untuk anak?

1. Anak lebih leluasa berbagi bakatnya

Homeschooling merupakan metode pembelajaran berdikari. Dengan sekolah pada rumah, orangtua serta anak mampu dengan-sama menentukan sendiri topik, waktu, durasi, sampai cara mengajar yang sesuai dengan minat, kemampuan, serta gaya belajar si anak. Meski memang, kebanyakan mata pelajaran yang diajarkan dalam kurikulum homeschooling masih tetap mengacu pada kurikulum baku nasional.

Dilansir dari laman Parents, penulis kitab The Element, Ken Robinson berujar bahwa kunci pendidikan yang ideal untuk anak seharusnya tidak disamaratakan. Setiap anak memiliki bakat serta minat serta kemampuan mengolah gosip yang berbeda. Dengan homeschooling, Andalah yang paling memahami anak Knda sehingga metode ini mampu lebih optimal untuk berbagi bakat setiap anak sesuai hasrat serta kemampuannya.

Pengembangan minat serta bakat yang aporisma ini membuat anak nantinya akan mampu lebih luwes menyesuaikan diri dengan lingkungan luar dengan kondisi apapun.

dua. Waktu belajar lebih fleksibel

Salah satu keuntungan terbesar homeschooling ialah dari segi fleksibilitas. Knda, anak, serta pengajar mampu saling berunding untuk menentukan waktu yang paling tepat untuk mulai belajar serta berapa lama yang diharapkan dalam sehari. Knda pula mampu berunding untuk menentukan lokasi (tak selalu harus pada rumah, lho!), frekuensi, serta jadwal mata pelajaran yang ingin dipelajari dalam satu hari.

Knda serta tutor bahkan mampu mengubah sendiri jadwal belajar anak, andai istilah beliau mulai merasa bosan. Misalnya ketika belajar tentang sistem tata surya, daripada bosan membaca kitab serta menghapal nama-nama planet, Knda mampu mengajaknya untuk studi banding ke Planetarium. Bahkan untuk mata pelajaran seperti Penjaskes serta Kesenian yang butuh praktik pribadi, Knda mampu memindahkan kelas anak ke lapangan atau taman kota serta studio musik.

3. Anak lebih baik mencerna gosip

Suasana belajar yang tidak terkesan kaku atau membosankan mampu membantu anak untuk lebih bersemangat serta memahami isi pelajarannya. Ia pula mampu lebih fokus untuk belajar tanpa gangguan orang lain. Jila beliau menemukan kesulitan pada sela-sela pembelajaran, anak akan lebih mudah untuk bertanya serta pribadi mendapatkan penyelesaian tanpa menghambat proses pembelajaran orang lain.

Berbeda dengan sekolah formal, misalnya saat anak tidak mengerti matematika, pengajar akan mengajarkan topik tersebut sampai sungguh tuntas dulu untuk semua murid pada kelas. Sesi pertanyaan pada tengah aktivitas belajar mengajar (KBM) mampu menghambat waktu belajar siswa lain pada dalam kelas. Dengan bersekolah pada rumah, tutor mampu memfokuskan perhatiannya hanya untuk satu anak saja.

4. Anak mendapatkan tidur yang cukup

Durasi waktu KBM pada sekolah Indonesia termasuk yang paling lama pada dunia. Anak sekolah rata-rata diwajibkan untuk masuk sekolah pukul 6.30 sampai 7 pagi serta selesai pukul 15.00 WIB. Ini belum termasuk lama waktu yang dihabiskan untuk les bimbel pada sana sini.

Ironisnya, nilai akademis rata-rata anak Indonesia setelah belajar nonstop selama 8 jam lebih tetap lebih rendah daripada pelajar Singapura, yang hanya belajar sekitar 5 jam saja setiap hari. Pasalnya, rutinitas masuk sekolah yang memaksa anak untuk bangun subuh serta tidur larut malam hampir setiap hari jadi mengacak-acak kualitas tidur mereka. Anak yang kurang tidur lebih mungkin untuk ketiduran pada kelas selama pelajaran berlangsung. Lambat laun ini akan berimbas pada performa anak pada sekolah.

Selain kasus akademis, kurang tidur pula dikaitkan dengan risiko kolesterol tinggi serta obesitas anak pada masa depan. Sebuah studi menemukan bahwa efek jangka pendek dari kurang tidur, seperti pilek, flu, serta gangguan pencernaan, lebih acapkali timbul ketika anak tidur kurang dari tujuh jam.

5. Knda mampu memantau pergaulan anak

Remaja yang kurang tidur lebih cenderung lalai, impulsif, hiperaktif, serta menentang. Maka, bukan lagi kenyataan baru melihat performa akademis remaja yang tidak cukup tidur anjlok daripada teman-teman lainnya.

Kurang tidur pun akan berimbas negatif pada perilaku anak. Satu studi menemukan bahwa setiap 10 menit menunda tidur malam, ada peningkatan risiko sebanyak 6 persen untuk mereka mengonsumsi alkohol atau ganja. Kurang tidur pula meningkatkan risiko anak sekolah jadi ketergantungan pada obat-obatan antikecemasan serta obat tidur. Efek penyalahgunaan obat-obatan ini nantinya malah memicu anak semakin cemas serta sulit tidur.

Studi lainnya yang dimuat dalam Journal of Youth and Adolescence tahun 2015, dilansir dari Huffington Post, menemukan bahwa remaja yang tidur hanya enam jam setiap malam dilaporkan tiga kali lebih mungkin untuk menderita depresi. Kurang tidur pula meningkatkan risiko upaya bunuh diri anak sampai 58 persen.

Nah, manfaat lain yang mampu didapatkan dari homeschooling untuk anak ialah Knda mampu memantau pergaulannya. Dengan begitu anak-anak akan terhindar dari pengaruh merokok serta konsumsi narkoba serta bullying yang rentan memengaruhi anak-anak pada masa peralihannya. Selain itu, orangtua pun mampu menghabiskan banyak waktu dengan anak-anak dengan menemaninya belajar pada rumah.

Lantas, apa kerugiannya?

Di balik manfaat yang mampu didapatkan, Knda pula perlu mengetahui kerugian yang mungkin timbul dari homeschooling untuk anak.

Yang paling utama serta amat perlu dipertimbangkan ialah terbatasnya lingkup pergaulan serta pertemanan anak. Pasalnya, homeschooling membuat anak lebih terfokus pada kontak dengan pengajar serta orangtuanya, bukan pada teman-teman sebayanya layaknya sekolah formal. Padahal, kehadiran teman mampu melatih anak untuk menumbuhkan rasa ikut merasakan serta berbagi keterampilan bersosialisasi. 

Untuk mengatasi kasus sosial yang mungkin dihadapi oleh anak homeschooling, Knda sebagai orangtua perlu membuat anak Knda tetap merasa terhubung dengan dunia sekolah serta lingkungan sebayanya. Ini tergantung bagaimana cara Knda untuk menyetarakan homeschooling sesuai porsinya supaya anak tidak merasa terasing dalam pergaulannya.

Selain itu, anak-anak homeschooling tidak memiliki fasilitas sekolah pada biasanya, seperti laboratorium, perpustakaan, pusat olahraga, atau studio seni. Pada mata pelajaran tertentu pada sekolah formal ada yang mengharuskan anak untuk mengeksplor kemampuannya secara pribadi, seperti meneliti pada laboratorium, olahraga fisik, ekstrakurikuler, serta kemampuan motorik lainnya. Untuk mengajak anak studi banding sendiri, Knda tentu perlu persiapan yang lebih matang serta perlu merogoh kocek pribadi.

Jadi, apakah homeschooling pilihan yang baik untuk anak Knda?

Pemilihan homeschooling untuk anak mampu ditentukan berbagai faktor. Misalnya karena anak mengidap penyakit berfokus yang membuat aktivitasnya terbatas, atau sebab-sebab lainnya yang membuat anak-anak kesulitan menjangkau sekolah formal.

Namun, alasan yang paling acapkali ialah karena orangtua merasa mampu memberikan pendidikan yang lebih baik melalui homeschooling daripada sekolah formal lainnya. Pada akhirnya, keputusan untuk menyekolahkan anak pada rumah ada pada tangan Knda sebagai orangtua yang paling memahami dirinya, pula pendapat dari anak Knda sendiri.

Aika anak Knda sangat menginginkan untuk menempuh pendidikan pada sekolah awam, maka kemungkinan hal tersebut memang terbaik untuk anak Knda. Kunci utamanya ialah bagaimana Knda sebagai orang tua mampu mengomunikasikan kebutuhan serta kemampuan anak Knda pada pengajar, baik pada sekolah maupun tutor homeschooling.

Yang perlu diperhatikan, apabila anak memang mengalami hambatan selama pada sekolah, seperti kasus akademik atau anak menjadi korban bullying, Knda tidak mampu serta merta memilih homeschooling sebagai jalan pintas. Tentunya Knda harus menemukan solusi yang tepat untuk kasus anak dengan berdiskusi dengan pengajar pada sekolah.
loading...

0 komentar untuk Pertimbangan Penting Bagi Orangtua Sebelum Memutuskan Homeschooling untuk Anak