Sekilas tentang infeksi japanese encephalitis di Indonesia
Hampir 70 persen kasus infeksi japanese encephalitis pada tahun 2016 lalu terjadi di Bali. Nyamuk Culex tritaeniorhynchus banyak terdapat di persawahan, area irigasi, & peternakan babi. Risiko penyebaran japanese encephalitis pada manusia umumnya meningkat pada musim penghujan & di malam hari.
Sebagian akbar kasus japanese encephalitis tidak menunjukkan gejala berarti. Pada beberapa orang, gejala dapat muncul 5-15 hari setelah digigit nyamuk yang terinfeksi virus. Gejala awal yang muncul dapat berupa demam, menggigil, sakit kepala, lemah, mual, & muntah.
Jarang penderita infeksi japanese encephalitis hingga menunjukkan gejala parah. Meski begitu, gejala infeksi yang parah dapat ditandai beserta peradangan otak (encephalitis), yang disertai beserta demam tinggi mendadak, sakit kepala, tengkuk kaku, disorientasi (linglung; kebingungan), koma, kejang, hingga kelumpuhan. Komplikasi terberat artinya kematian, yang terjadi pada 20-30% kasus encephalitis.
Cara kerja vaksin japanese encephalitis
Sama seperti vaksin untuk penyakit menular lainnya, vaksin japanese encephalitis berfungsi melindungi Anda asal penyakit sebelum sungguh terinfeksi. Vaksin ini terbuat asal virus japanese encephalitis yang dimatikan, bertujuan untuk memicu respon sistem imun tubuh beserta membentuk antibodi. Antibodi tersebutlah yang akan melawan virus sebelum menyebar & menyebabkan penyakit.
Vaksin ini perlu diberikan 2 kali, beserta jarak antar pemberian vaksin per 28 hari. Vaksin booster bisa diberikan pada orang dewasa (> 17 tahun) minimal setahun setelah 2 dosis vaksin tersebut.
Siapa saja yang membutuhkan vaksin japanese encephalitis?
Vaksin japanese encephalitis sudah mulai dapat diberikan pada bayi yang berusia 2-12 bulan. Meski begitu, anak yang lebih tua & orang dewasa yang belum pernah divaksin sewaktu bayi tetap amat disarankan untuk sesegera mungkin mendapatkan vaksin ini.
Selain orang-orang yang tinggal di daerah endemik japanese encephalitis, berikut artinya beberapa kelompok orang yang dianjurkan untuk melakukan vaksin japanese encephalitis:
Wisatawan asal luar negeri atau asal luar kota (non-endemik) yang akan tinggal selama lebih asal 1 bulan di daerah endemik tersebut.
Wisatawan yang menetap kurang asal 1 bulan & tak jarang berkunjung ke daerah yang menjadi tempat berkembangnya virus.
Pemberian vaksin japanese encephalitis sebaiknya dilakukan dalam 10 hari sebelum keberangkatan.
Akan tetapi, bila memang Anda & keluarga tidak berencana untuk bepergian ke daerah endemis, maka sebenarnya tidak perlu melakukan vaksin ini. Wanita hamil juga tidak disarankan mendapatkan vaksin ini selama kehamilan.
Efek samping yang mungkin timbul setelah melakukan vaksin japanese encephalitis
Sama seperti jenis obat-obatan lain, vaksin ini memiliki efek samping yang mungkin saja terjadi, seperti:
Terasa sakit, kulit memerah, & bengkak pada area yang disuntikkan vaksin
Demam, umumnya hal ini banyak dialami anak-anak. Namun, pada kebanyakan kasus, hal ini bukan hal yang berbahaya.
Kepala pusing & sakit pada otot, umumnya hal ini terjadi pada orang dewasa.
Jila si kecil mengalami efek samping yang berlebihan, maka segera periksakan ke dokter untuk diketahui lebih lanjut.
Pastikan juga Anda & anggota keluarga Anda tidak memiliki alergi terhadap vaksin japanese encephalitis sebelum mendapatkannya.
loading...
Penulis: upiknugroho8117
0 komentar untuk Siapa Saja yang Perlu Mendapatkan Vaksin Japanese Encephalitis