Menonton TV Lebih Dari 2 Jam Berisiko Menaikkan Tekanan Darah Tinggi Pada Anak

Menonton TV Lebih
Menonton TV lebih dari dua jam per hari menaikkan risiko tekanan darah tinggi dalam anak, The Daily Telegraph melaporkan.

Sebuah penelitian akbar yang melibatkan lebih dari lima,000 anak, dijalankan selama lebih dari 2 tahun, menemukan korelasi antara ketika menonton TV dan peningkatan dalam laju tekanan darah.

Studi tadi menemukan bahwa lebih dari 1 banding 10 anak menampakan gejala tekanan darah tinggi, faktor risiko utama buat gangguan kardiovaskular ketika mereka beranjak dewasa. Gangguan kardiovaskular artinya kondisi kesehatan yang dapat mengganggu jantung dan pembuluh darah, misalnya stroke.

Anak-anak yang menghabiskan ketika lebih dari dua jam per hari duduk di depan TV dalam 2 tahun menampakan peningkatan risiko yang signifikan, serupa bersama anak-anak yang jarang melakukan aktivitas fisik.

Penelitian ini mendukung bukti-bukti sebelumnya mengenai gaya hayati malas motilitas dan frekuensi aktivitas fisik yang rendah, yang dikaitkan bersama penyebab tekanan darah tinggi, walaupun nir membuktikan bahwa fenomena tadi  secara khusus berakibat kondisi ini.

Terdapat banyak faktor yang dapat memengaruhi tekanan darah tinggi, termasuk genetik, perkembangan janin selama dalam kandungan, status sosioekonomik, dan berat badan.

Singkatnya, semakin banyak ketika yang terbuang di depan TV (menonton atau bermain video game), semakin sedikit pula ketika bagi anak Knda buat beraktivitas fisik.

Anak-anak usia lima 18 tahun dianjurkan buat setidaknya melakukan 60 menit aktivitas fisik setiap hari. Studi dilakukan sang sekelompok peneliti gabungan dari beberapa forum kesehatan di berbagai negara, termasuk University of Glasgow di Inggris.

Penelitian apakah ini?

Studi ini merupakan studi observasi gabungan yang melihat kejadian prahipertensi dan hipertensi dalam anak di Eropa, dan hubungannya bersama frekuensi aktivitas fisik serta konduite malas motilitas.

Penulis studi ini membicarakan bahwa tekanan darah tinggi artinya keliru satu faktor yang paling krusial terhadap penyakit kardiovaskular, dan studi lainnya sudah menampakan kemiripan dalam tekanan darah tinggi dalam anak dan remaja bersama orang dewasa. Namun, masih sedikit yang diketahui mengenai faktor risiko tekanan darah tinggi dalam masa kanak-kanak. Hipotesis mereka artinya, kombinasi antara frekuensi aktivitas fisik yang rendah dan konduite gaya hayati malas motilitas mungkin berkontribusi terhadap tekanan darah tinggi.

Perilaku malas motilitas ditentukan dari laporan dari para orangtua mengenai ketika yang dihabiskan sang anak-anak mereka hanya buat duduk di depan layarmenonton TV, film, atau bermain video game personal komputer. Perilaku ini nir termasuk konduite malas motilitas lainnya, seperti membaca.

Tekanan darah diukur dalam millimeter merkuri (mmHg) dan direkam dalam dua kategori:

Tekanan sistolik tekanan darah ketika jantung memompa darah keluar
Tekanan diastolik tekanan darah ketika jantung beristirahat di antara detak, yang menampakan seberapa bertenaga arteri Knda menunda peredaran darah

Pada anak, tekanan darah tinggi didefinisikan sebagai tekanan darah yang melebihi persentil ke-95 dari usia, tinggi badan, dan gender mereka.

Pada siapa penelitian ini dilakukan?

Para peneliti memakai data dari sebuah studi yang dilakukan dalam 16,224 anak dari 8 negara di Eropa (Spanyol, Jerman, Hungaria, Siprus, Estonia, Sweden, dan Belgium) buat melihat pengaruh pola makan dan gaya hayati dalam kesehatan. Analisis ketika ini didasari dalam lima,221 anak yang berusia 2 10 dalam ketika studi dimulai, sebagai gerombolan usia bersama data-data lengkap tersedia dalam ketika itu. lima,061 anak dari total partisipan tadi kemudian diperiksa pulang setelah 2 tahun.

Anak-anak ini diukur tekanan sistolik dan diastoliknya dalam ketika studi dimulai, dan 2 tahun kemudian sebagai tindak lanjut. Prahipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik atau diastolik bersama jangkauan dari persentil ke-90 sampai ke-95 buat usia dan tinggi badan; dan tekanan darah tinggi diklasifikasikan sebagai jangkauan persentil melebihi yang ke-95 buat usia dan tinggi badan.

Kegiatan fisik dalam anak diukur bersama akselerometer sebuah indera elektronik yang mengukur taraf keintensitasan aktivitas. Alat tadi wajib dipakai setidaknya selama 6 jam per hari, tiga hari dalam seminggu (2 hari kerja dan 1 hari dalam akhir pekan).

Peneliti menghitung ketika yang digunakan anak-anak buat melakukan aktivitas fisik sedang dan yang lebih menguras tenaga. Kegiatan fisik sedang termasuk bersepeda, sedangkan aktivitas yang menguras tenaga termasuk lari, bermain bola, dan menari.

Dengan begitu, peneliti dapat mengelompokkan anak-anak tadi sebagai dua grup: mereka yang memenuhi panduan aktivitas fisik (menghabiskan setidaknya 60 menit buat beraktivitas), dan mereka yang nir. Kemudian anak-anak ini akan diklasifikasikan lebih lanjut sesuai bersama perubahan taraf aktivitas fisik selama 2 tahun studi dilakukan.

Orangtua anak-anak ini kemudian diminta buat mengisi survey seputar konduite malas motilitas anak-anak mereka, terhitung dari jumlah ketika yang dihabiskan buat menonton TV/DVD/bermain video games sepanjang minggu. Peneliti memakai kabar ini buat menghitung total ketika TV per hari. Kemudian, anak-anak diklasifikasikan sebagai dua gerombolan: mereka yang memenuhi panduan total ketika TV yaitu setidaknya kurang dari 2 jam per hari, dan mereka yang nir. Peneliti maupun menghitung perubahan dalam konduite malas motilitas selama dua tahun.

Peneliti maupun mempertimbangkan faktor lainnya, termasuk musim, gender, usia, edukasi orangtua, dan lingkar pinggang.

Peneliti mengestimasi korelasi antara kadar aktivitas fisik, durasi nonton TV yang dilaporkan, dan risiko mengembangkan tekanan darah tinggi atau pratekanan darah tinggi.

Lalu, apa hasilnya?

Peneliti berhasil menemukan bahwa insidensi tahunan dari prahipertensi mencapai 121 kejadian dalam 1,000 anak, dan insidensi tekanan darah tinggi mencapai 110 per 1,000 anak.

Anak yang memelihara konduite malas motilitas lebih dari 2 jam per hari selama dua tahun selama penelitian berjalan menampakan risiko terhadap tekanan darah tinggi semakin tinggi sebesar 28%.

Anak-anak yang nir memenuhi ketika aktivitas fisik yang direkomendasikan (60 menit per hari) dalam ketika studi dimulai menampakan peningkatan risiko sebesar 53% terhadap tekanan darah tinggi.

Tidak masih timbul korelasi antara prahipertensi dan konduite anak.

Apa maksud dari dampak penelitian ini?

Peneliti membicarakan, insidensi dari prahipertensi dan tekanan darah tinggi termasuk tinggi dalam anak-anak di Eropa, dan anak-anak yang menjalani aktivitas fisik kurang dari 60 menit per hari atau menghabiskan ketika di depan layar lebih dari 2 jam per hari memiliki risiko yang lebih tinggi. Peneliti menyarankan bahwa aktivitas fisik rutin wajib digalakkan dan konduite malas motilitas dalam anak wajib dikurangi buat mencegah tekanan darah tinggi dan konsekuensinya ketika mereka tumbuh dewasa.

Kesimpulan

Studi ini menampakan insidensi tinggi dari kasus tekanan darah yang mengkhawatirkan dalam anak, sebesar 10% dari anggapan awal yang hanya mencapai lima%. Studi maupun menemukan bahwa frekuensi aktivitas fisik yang nir rutin dan menghabiskan ketika terlalu lama di depan layar akan menambah risikonya.

Walaupun peneliti sudah menyesuaikan analisis mereka buat faktor lain yang mungkin dapat memengaruhi tekanan darah (disebut pembauran), tetap masih timbul sejumlah faktor lain yang nir terhitung sebagai variabel namun dapat memengaruhi hasilnya. Lebih lanjut, studi ini bergantung dalam estimasi jumlah ketika dari konduite malas motilitas anak setiap harinya yang dilaporkan sang orangtua, yang mungkin saja dilebih-lebihkan atau justru dikurangi. Penggunaan akselerometer maupun dapat memengaruhi jumlah aktivitas fisik yang dilakukan, yang maupun dapat memengaruhi dampak.

Sudah sebagai rahasia generik bahwa generasi anak-anak ketika ini menghabiskan terlalu banyak ketika duduk di depan layar dan sangat jarang beraktivitas di luar rumah. Pertanyaan sebenarnya artinya, apa yang dapat kita lakukan buat mengatasi kasus ini?

Lebih lanjut, bukti-bukti menampakan bahwa pembatasan penggunaan layar kaca (TV, DVD, personal komputer, handphone) menjelang ketika tidur dapat menaikkan kualitas tidur anak. Hal ini dapat membantu mereka buat mengembalikan energi dan kemampuan beraktivitas mereka keesokan harinya.
loading...

0 komentar untuk Menonton TV Lebih Dari 2 Jam Berisiko Menaikkan Tekanan Darah Tinggi Pada Anak