Ibu Hamil Stres Berat, Berisiko Lahirkan Anak yang Rentan Asma Saat Dewasa

Ibu Hamil Stres
Seiring bareng rasa suka menanti kedatangan butir hati ke global, tidak bisa dipungkiri kehamilan juga bisa menjadi asal stres bagi poly perempuan. Namun, bukan berarti Enda boleh membiarkan stres makin menjadi dalam penghujung hari. Stres ketika hamil berpotensi memupuk bermacam-macam kasus yg bisa memengaruhi kesehatan jabang bayi.

Sebuah penelitian yg diterbitkan dalam American Journal of Physiology menemukan bahwa stres ketika hamil yg nir tertangani bareng baik bisa mempertinggi risiko asma dalam anak ketika dia dewasa nanti. Kenapa begitu?

Yang terjadi dalam tubuh ketika sedang stres

Stres umumnya dimulai dari rasa kewalahan output banyaknya tekanan dari luar & dalam diri yg telah berlangsung nisbi usang  baik secara fisik, mental, & emosional. Misalnya, alasannya adalah pekerjaan, kasus keuangan, kasus bareng pasangan atau keluarga, gejolak perubahan hormon & fisik yg awam terjadi selama hamil, hingga persiapan melahirkan.

Segala macam pemicu stres ini dipercaya menjadi agresi atau ancaman sang tubuh. Sebagai prosedur konservasi diri, tubuh akan menghasilkan poly sekali hormon stres misalnya adrenalin, kortisol, & norepinefrin. Peningkatan produksi hormon stres ini membuat denyut jantung semakin tinggi, tekanan darah naik, gula darah melonjak, napas pendek & lebih cepat, hingga otot yg jadi menegang.

Stres adalah suatu hal yg masuk akal. Akan akan tetapi, stres yg berlangsung terus menerus akan membuahkan hormon kortisol dalam darah terus-terusan tinggi. Peningkatan hormon kortisol yg stabil dalam waktu usang akan membarui cara tubuh menyesuaikan diri menjadi akibatnya dalam akhirnya memicu respon peradangan yg hiperbola.

Stres ketika hamil mempertinggi risiko asma dalam anak ketika dewasa nanti

Peradangan dalam tubuh telah usang dikaitkan bareng menurunnya kesehatan kehamilan & kasus perkembangan janin. Sejumlah penelitian melaporkan bahwa kadar kortisol yg abnormal dalam tubuh mak bisa memengaruhi perkembangan paru-paru anak. Kenapa begitu?

Janin mendapatkan oksigen dari darah Enda. Pasokan oksigen dilarang terputus sama sekali demi proses tumbuh kembangnya berjalan normal. Peningkatan hormon kortisol output stres ketika hamil bisa mengerutkan pembuluh darah mak, menjadi akibatnya bayi nir mendapatkan nisbi darah beroksigen buat menyebarkan setiap organnya secara optimal.

Terlebih, hormon kortisol yg masih muncul dalam peredaran darah mak bisa menembus plasenta menjadi akibatnya bayi Enda pun juga ikut memiliki kadar kortisol tinggi dalam tubuhnya. Hal ini bisa membarui susunan hormon janin yg akan semakin mengganggu tumbuh kembangnya. Pasalnya, janin akan merespon rangsangan stres dari mak & menyesuaikan diri terhadap perubahan yg terjadi.

Peningkatan risiko asma dalam anak juga ditentukan sang sebuah hormon yg bernama glukokortikoid (GCs) dalam tubuh mak. Dalam syarat normal, hormon ini seharusnya bekerja membantu sistem imun mak buat menghambat peradangan. Namun ketika dilepaskan menjadi respon stres, GCs bukannya melawan, malah melemahkan sistem imun menjadi akibatnya mak jadi rentan sakit & terinfeksi.

Peningkatan hormon GCs ketika hamil seiring bareng stres yg tidak kunjung mereda akan mempertinggi risiko respon alergi Enda terhadap zat pemicu iritasi. Hormon ini pun bisa diturunkan ke janin lewat peredaran darah yg melewati plasenta, menjadi akibatnya ikut mempertinggi risiko alergi & asma dalam anak. 

Menurut CDC, asma adalah salah satu poly jenis penyakit kronis yg diderita anak-anak. Pada tahun 2010, salah satu 11 anak memiliki asma yg berlanjut hingga dewasa. Pada tahun 2009, masih muncul hampir lebih dari tiga ribu orang dalam global tewas alasannya adalah asma.

Bagaimana mengelola stres ketika hamil?

Setiap orang memiliki cara tidak sinkron buat menangani stres, menjadi akibatnya krusial buat mengenali diri sendiri. Enda bisa memulai bareng mencari memahami apa yg membuat Enda stres. Misalnya, tumpukan pekerjaan tempat tinggal yg nir kunjung terselesaikan. Langkah selanjutnya adalah mencari memahami cara terbaik buat menangani stres tadi. Bika urusan beres-beres tempat tinggal tidak kunjung usai, Enda bisa meminta suami atau anggota keluarga lainnya buat ikut turun tangan.

Terkadang, curhat & bertukar pikiran bareng sesama mak hamil bisa membantu Enda mengurangi stres. Dengan begini, Enda memahami bahwa Enda nir sendirian & bisa menemukan cara buat memecahkan kasus Enda sinkron pengalaman rekan sejawat. Enda juga bisa menumpahkan isi hati dalam jurnal, beryoga atau olahraga lainnya, meditasi, atau melakukan hobi yg membuat Enda merasa damai & rileks.

Selain itu, dukungan dari keluarga, sahabat, & orang sekeliling Enda sangat diperlukan buat membuat Enda suka & memastikan kesehatan Enda. Hindari pertengkaran sekecil apapun bareng orang sekeliling Enda agar nir menambah beban pikiran Enda. Usahakan buat selalu berpikir positif alasannya adalah bisa membuat hati Enda suka.
loading...

0 komentar untuk Ibu Hamil Stres Berat, Berisiko Lahirkan Anak yang Rentan Asma Saat Dewasa