Kenali dan Hentikan Berbagai Stigma yang Melekat Pada ODHA (Orang Dengan HIVAIDS)

Kenali dan Hentikan
Pernahkah Enda mendengar kisah wacana orang menggunakan HIV/AIDS (ODHA) yg diusir sumber wilayah tinggal, dipecat sumber pekerjaan, diceraikan sang pasangan, atau hal-hal buruk lainnya? Bagaimana pendapat Enda wacana perlakuan buruk tadi? Pantaskah? Jawabannya tentu nir. Perlakuan buruk tadi adalah keliru satu bentuk subordinat yg sering dialami sang ODHA. Diskriminasi tadi timbul karena masih adanya berpretensi negatif atau cacat terhadap ODHA sumber rakyat.

Mengapa cacat terhadap ODHA bisa begitu inheren?

Stigma terhadap ODHA telah inheren semenjak pertama kali virus ini ditemukan & menyebar luas. Penyakit ini sering dikaitkan menggunakan penggunaan obat-obatan terlarang, konduite seks bebas, dan interaksi seksual sesama jenis (homoseksual). Karena kaitan tadi, ODHA pun mendapatkan cap yg negatif dalam rakyat.

Padahal, HIV/AIDS bisa ditularkan dalam siapa saja. Termasuk orang yg nir pernah memakai narkoba, nir pernah memakai jasa pekerja seks komersial (PSK), & nir pernah bekerjasama seks sesama jenis.

Meski demikian, alasan-alasan dalam bawah ini memproduksi cacat terhadap ODHA masih sulit diberantas & diluruskan.

1. Kurangnya pengetahuan & kesalahan berita wacana HIV/AIDS

Di kalangan rakyat, masih poly yg beranggapan bahwa ODHA identik menggunakan seseorang yg sering memakai obat terlarang, bekerjasama seks menggunakan pekerja seks komersial, & lain sebagainya. Selain itu, terdapat rakyat yg beranggapan bahwa HIV bisa ditularkan hanya menggunakan kontak fisik atau berdekatan menggunakan ODHA.

Pemberian berita wacana HIV/AIDS yg betul dalam kalangan rakyat bisa membantu upaya pemerintah dalam mengurangi cacat & subordinat dalam ODHA.

dua. Takut bersentuhan menggunakan ODHA

Kurangnya pengetahuan rakyat wacana HIV/AIDS & kesalahan berita wacana HIV/AIDS akan berdampak dalam keluarnya ketakutan rakyat buat melakukan kontak fisik menggunakan ODHA. Mulai sumber berjabat tangan, duduk berdekatan, makan menggunakan, & lainnya. Padahal, HIV hanya bisa ditularkan melalui interaksi seksual yg berisiko, penggunaan jarum injeksi yg terkotori virus HIV, & melalui bunda yg positif HIV ke bayi yg dilahirkannya.

Bersentuhan kulit, berjabat tangan, berpelukan, atau makan menggunakan seseorang ODHA nir akan menularkan penyakit ini. Berada dalam dekat ODHA juga nir akan memproduksi Enda tertular karena virus ini tidak bisa berpindah lewat udara.

tiga. Kurangnya pengetahuan rakyat wacana implikasi buruk sumber cacat dalam ODHA

Hal ini disebutkan dalam kitab UNAIDS (2007) yg berjudul Reducing HIV Stigma and Discrimination. Banyak orang menggunakan praktis melakukan subordinat dalam ODHA karena mereka nir berpikir lebih jauh, misalnya apa implikasi subordinat yg dilakukannya terhadap kehidupan ODHA.

Sebenarnya praktis saja buat bisa hayati berdampingan menggunakan ODHA dalam rakyat atau dalam interaksi eksklusif setiap orang. Posisikan diri Enda menjadi ODHA. Apakah Enda bisa terima perlakuan diskriminatif sumber orang-orang dalam kurang lebih Enda? Pasti nir bisa, kan?

Jadi bila terdapat orang terdekat, rekan kerja, anggota famili, atau kenalan Enda yg didiagnosis menggunakan penyakit AIDS, jangan malah menjauhinya. Yang perlu dilakukan yaitu menggali berita sebesar-banyaknya soal HIV/AIDS agar Enda memahami langkah apa yg wajib dilakukan agar interaksi Enda menggunakan ODHA permanen hangat.

Enda mungkin tidak sadar, implikasi cacat terhadap ODHA begitu akbar

Stigma dalam ODHA nir hanya membuahkan buruk dalam ODHA, akan akan tetapi juga dalam upaya pemerintah dalam menanggulangi HIV/AIDS dalam Indonesia. Ini beliau beberapa implikasi negatif anugerahstigma terhadap ODHA.

1. Melanggar Hak Asasi Manusia (HAM)

Perlakuan cacat & subordinat terhadap ODHA melanggar hak-hak dasar ODHA. Di antaranya ialah hak buat hayati, mendapatkan perawatan, memiliki pekerjaan, & lain-lain. Tidak terdapat seseorang pun yg berhak merenggut hak-hak fundamental ini sumber hayati ODHA.

dua. Menutup kesempatan bagi ODHA buat menyebarkan diri

Stigma bisa memproduksi ODHA kehilangan pekerjaan, pasangan, & famili. Banyak juga anak-anak menggunakan HIV/AIDS yg terpaksa putus sekolah karena mendapatkan perlakuan yg nir adil dalam sekolah.

Padahal, misalnya orang-orang dalam biasanya, ODHA bisa menyampaikan donasi bagi lingkungan dalam sekitarnya. Baik itu buat keluarganya, lingkungan kerjanya, bahkan rakyat secara awam.

tiga. Membuat ODHA mengasingkan diri

Diskriminasi terhadap ODHA bisa memproduksi mereka menutupi identitasnya, menarik diri, atau mengasingkan diri sumber rakyat. Hal tadi bisa membuahkan buruk terhadap kesehatan ODHA. Mereka bisa jadi memalukan buat periksa ke dokter atau mendapatkan perawatan dalam tempat tinggal sakit. Akibatnya terperinci bisa fatal, yaitu kematian.

Stigma terhadap ODHA juga bisa memproduksi mereka depresi, menjauhkan diri sumber famili & lingkungan kurang lebih, atau yg lebih ekstrem ialah bunuh diri.

4. Menghambat acara pemerintah dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS dalam rakyat

Stigma & subordinat terhadap ODHA juga akan berdampak dalam terbukanya penyebaran penyakit HIV/AIDS. Stigma & subordinat akan mematahkan semangat seseorang buat melakukan Voluntary Counseling and Testing (VCT) atau tes HIV/AIDS. Stigma bahkan bisa memproduksi orang-orang merasa enggan buat mencari berita & cara konservasi terhadap penyakit HIV/AIDS.

Oleh karenanya, hentikan cacat & subordinat dalam ODHA. Bukan cacat & subordinat yg bisa menghentikan persebaran virus HIV dalam rakyat, melainkan kepedulian & pemahaman setiap orang wacana HIV/AIDS.
loading...

0 komentar untuk Kenali dan Hentikan Berbagai Stigma yang Melekat Pada ODHA (Orang Dengan HIVAIDS)