5 Fakta Penting Seputar Antitoksin Difteri, Obat Baru untuk Mengatasi Difteri

5 Fakta Penting
Difteri artinya penyakit yang disebabkan sang infeksi Corynebacterium diptheriae. Pada bulan November 2017, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyatakan bahwa Indonesia sedang mengalami KLB (peristiwa luar biasa) difteri yang ditandai menggunakan peningkatan perkara difteri di hampir seluruh wilayah di Indonesia.

Bakteri ini ditularkan melalui udara dan mampu masuk ke dalam saluran pernapasan. Dalam tubuh, bakteri ini akan mengeluarkan toksin (zat racun) yang membahayakan. Gejala yang ditimbulkan antara lain lemas, sakit tenggorokan, demam, pembengkakan leher, ada pseudomembran alias lapisan abu-abu di tenggorokan atau amandel yang bila diangkat akan berdarah, sulit bernapas, dan sulit menelan.

Apabila Anda menyangsikan gejala difteri, sebaiknya segera berobat ke dokter. Saat ini, pengobatan difteri dilakukan menggunakan dua cara, yaitu:

Pemberian antitoksin difteri untuk mencegah kerusakan akibat toksin difteri
Pemberian antibiotik untuk melawan bakteri

Semua yang perlu Anda tahu seputar antitoksin difteri

1. Antitoksin difteri harus diberikan secepatnya

Untuk menaikkan peluang kesembuhan pasien, antitoksin difteri harus diberikan sesegera mungkin. Antitoksin ini bahkan sudah mampu diberikan kepada pasien sebelum dilakukan pemeriksaan laboratorium dan terbukti diagnosis penyakitnya.

Akan namun, antitoksin ini hanya diberikan kepada pasien yang secara klinis menunjukkan gejala-gejala difteri misalnya yang telah disebutkan di atas dan sehabis dilakukan uji hipersensitivitas terhadap antitoksin ini.

Meski nir perlu menunggu hasil laboratorium, bukan berarti Anda nir perlu melakukan pemeriksaan apa-apa. Anda tetap perlu melakukan biopsi (pengambilan sampel jaringan) untuk diperiksa lebih lanjut di laboratorium. Ini berguna untuk memastikan Anda nir mengidap penyakit infeksi lainnya.

2. Bagaimana cara kerja antitoksin difteri?

Antitoksin bekerja menggunakan menetralisir toksin Corynebacterium diptheriae yang terlepas di pembuluh darah (unbound) sebagai akibatnya dapat mencegah komplikasi penyakit. Antitoksin ini berasal dari serum kuda, maksudnya diracik dari plasma kuda yang kebal terhadap penyakit ini.

3. Antitoksin difteri diberikan dalam bentuk apa?

Antitoksin ini biasanya diberikan dalam bentuk suntikan intramuskular (suntikan ke otot) kepada perkara difteri yang lebih ringan. Sedangkan kepada perkara berat, antitoksin difteri biasanya diberikan dalam cairan infus.

Dosis antitoksin difteri anak dan dewasa kepada umumnya nir tidak sama. Dosis disesuaikan menggunakan gejala klinis yang ada.

Penyakit tenggorokan yang terjadi selama dua hari diberikan 20.000 hingga 40.000 unit
Penyakit nasofaring diberikan 40.000 sampai 60.000 unit
Penyakit berat atau pasien menggunakan pembengkakan leher yang difus diberikan 80.000 sampai 100.000 unit
Lesi kulit diberikan 20.000 hingga 100.000 unit

4. Antitoksin difteri mampu diberikan menjadi tindakan pencegahan

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat (setara menggunakan Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit di Indonesia), ada beberapa kondisi di mana antitoksin difteri dapat digunakan untuk pencegahan penyakit, bukan untuk mengobati.

Berikut artinya orang-orang yang mungkin membutuhkan antitoksin untuk pencegahan difteri.    

Orang-orang yang terpapar toksin difteri
Orang menggunakan riwayat imunisasi difteri yang nir jelas (lupa sudah pernah imunisasi Dt dan Td atau belum)
Tidak mampu dirawat di tempat tinggal sakit untuk dipantau perkembangan gejala klinisnya atau nir dapat dilakukan kultur jaringan untuk melihat bakteri difteri
Orang yang memilki riwayat atau dicurigai tersuntik toksin difteri (misalnya pekerja di laboratorium atau tempat tinggal sakit)

5. Efek samping antitoksin yang perlu diwaspadai

Sama misalnya obat-obatan lainnya, antitoksin maupun berisiko membuahkan efek samping. Maka, pemberian berulang nir direkomendasikan karena dapat menaikkan risiko munculnya efek samping. Efek samping yang dapat ada sehabis penyuntikan antitoksin difteri antara lain:

1. Alergi dan syok anafilaktik

Alergi terhadap antitoksin umumnya ditandai menggunakan kulit gatal, kemerahan, biduran dan angioedema. Sedangkan kepada perkara alergi yang parah, yaitu syok anafilaktik, gejalanya yaitu sesak napas, penurunan tekanan darah, dan aritmia. Akan namun, perkara ini sangat jarang terjadi.

2. Demam

Demam mampu ada 20 menit  sampai satu jam sehabis penyuntikan antitoksin difteri. Demam sehabis penyuntikan ditandai menggunakan peningkatan suhu tubuh yang cepat disertai menggunakan rasa menggigil dan sesak.

3. Serum sickness

Kondisi ini ditandai menggunakan gejala kemerahan kulit, biduran, demam, disertai menggunakan nyeri sendi, pegal, dan pembesaran kelenjar limfa.

Gejala ini mampu ada tujuh sampai sepuluh hari sehabis pemberian serium antidifteri. Pengobatan untuk serum sickness artinya menggunakan menyampaikan obat anthistamin, obat antiradang non-steroid, dan obat kortikosteroid.
loading...

0 komentar untuk 5 Fakta Penting Seputar Antitoksin Difteri, Obat Baru untuk Mengatasi Difteri