Masa kehamilan merupakan masa yang paling krusial bagi
tumbuh kembang bayi. Oleh karenanya, sudah sepatutnya mak hamil menjaga
kesehatan serta pola makannya. Namun, tak menutup kemungkinan tetap ada risiko
bayi terlahir cacat meski orangtua sudah menjaga kehamilannya. Salah satu bentuk
cacat lahir yang mungkin terjadi ialah craniosynostosis. Craniosynostosis ialah
kondisi kelainan tulang tengkorak bayi, yang akan semakin memburuk jikalau nir
cepat mendapat pengobatan.
Craniosynostosis ialah kelainan bentuk
tengkorak koordinator bayi
Craniosynostosis ialah kondisi cacat lahir
yang menyebabkan bentuk koordinator bayi nir normal yang akan terjadi adanya
kelainan kepada tulang tengkorak. Tulang tengkorak bukan satu tulang utuh yang
berdiri sendiri, melainkan adonan menurut tujuh lempeng tulang yang berbeda.
Ketujuh tulang itu dihubungkan satu sama lain sang jaringan yang dikenal sebagai
sutura.
Sutura yang lentur memungkinkan tulang tengkorak bisa mekar
mengikuti pertumbuhan volume otak. Seiring berjalannya waktu, sutura semakin
mengeras serta akhirnya menutup, menyatukan ketujuh lempeng tulang itu menjadi
tulang tengkorak yang utuh.
Bayi dikatakan mengalami craniosynostosis
jikalau satu atau beberapa jaringan sutura menutup lebih cepat menurut
seharusnya. Akibatnya, otak bayi nir bisa berkembang beserta aporisma sebab
terhambat sang tulang tengkorak yang terlanjur menyatu. Kondisi ini sangat
berbahaya sebab bisa mengakibatkan keluarnya beberapa gangguan serta
kelainan.
Bentuk tulang tengkorak yang nir proporsional bisa menimbulkan
sakit koordinator berkepanjangan, gangguan penglihatan, serta masalah psikologis
di kemudian hari.
Apa penyebab
craniosynostosis?
Penyebab craniosynostosis belum diketahui
niscaya. Meski begitu, kadang kondisi ini berafiliasi beserta kelainan genetik
seperti sindrom Apert, sindrom Pfeiffer, sindrom Crouzon, serta masih
banyak lagi. Pada beberapa perkara, craniosynostosis disebabkan sang
kumpulan gambaran zat kimia selama kehamilan serta faktor
genetik.
Jenis-jenis craniosynostosis
Tergantung
menurut jenis sutura yang terlibat dalam akselerasi penutupan tulang tengkorak,
craniosynostosis dibedakan menjadi empat tipe, yaitu:
1. Sagittal.
Ini
ialah jenis craniosynostosis yang paling seringkali ditemukan. Sesuai namanya,
gangguan ini terjadi di dikala bagian sagittal suture, yang membentang
menurut depan ke belakang tengkorak bagian atas (area ubun-ubun), menutup
terlalu dini. Gangguan ini menyebabkan koordinator tumbuh memanjang serta agak
pipih.
2. Coronal.
Coronal suture membentang menurut telinga kanan serta
kiri ke bagian atas tengkorak. Penutupan dini kepada bagian ini bisa
menyebabkan bentuk dahi menjadi nir rata serta bergelombang.
3.
Metopic.
Metopic suture membentang menurut hidung melalui garis tengah dahi
sampai ke ubun-ubun serta terhubung beserta sagittal suture di bagian atas
tengkorak. Penutupan dini kepada sutura ini menyebabkan dahi membuat
segitiga beserta bagian belakang koordinator melebar.
4.
Lambdoid.
Penutupan dini terjadi di lambdoid suture, yang membentang
menurut kanan ke arah kiri di bagian belakang tengkorak. Hal ini menyebabkan
sebagian sisi koordinator bayi terlihat datar serta posisi keliru satu telinga
lebih tinggi menurut telinga yang lain. Craniosynostosis lambdoid sangat jarang
ditemukan.
Gejala craniosynostosis
Gejala serta
tanda craniosynostosis umumnya sudah tampak dikala bayi lahir, serta semakin
terlihat terang setelah beberapa bulan. Gejala tadi diantaranya:
*
Ubun-ubun kepada bagian atas koordinator bayi nir terlihat.
* Bentuk
tengkorak bayi terlihat aneh (nir proporsional).
* Munculnya peningkatan
tekanan di dalam tengkorak bayi.
* Kepala bayi nir berkembang sejalan beserta
pertambahan usia.
Pada sebagian perkara, craniosynostosis menyebabkan
adanya gangguan atau kerusakan kepada otak, serta merusak proses pertumbuhan
secara awam. Berikut ialah tanda-tanda-tanda-tanda yang perlu Knda
waspadai.
* Muntah datang-datang, tanpa didahului rasa mual.
*
Gangguan pendengaran.
* Mata bengkak atau sulit digerakkan.
* Lebih
seringkali tidur serta jarang bermain.
* Suara napas keras serta nir
teratur.
* Lebih mudah menangis dibanding umumnya.
Bagaimana
craniosynostosis didiagnosis?
Craniosynostosis ialah kelainan
yang wajib ditangani sang dokter serta tenaga spesialis, misalnya pakar
bedah saraf anak atau pakar bedah plastik. Untuk mendiagnosis craniosynostosis,
diharapkan beberapa investigasi yang akan dilakukan.
1. Pemeriksaan
fisik.
Dalam investigasi ini, dokter akan mengukur koordinator bayi, serta
meraba seluruh permukaan koordinator untuk mempelajari keadaan sutura serta
ubun-ubun.
2. Scan.
Pemeriksaan ini meliputi CT Scan, MRI, atau foto
rontgen koordinator. Tes ini bertujuan untuk melihat apakah ada jaringan sutura
yang menutup lebih cepat menurut normal. Pemindaian beserta sinar laser jua bisa
dilakukan untuk mendapatkan ukuran koordinator serta tulang tengkorak yang
seksama.
3. Tes DNA.
Kalau dicurigai adanya keterkaitan beserta
kelainan genetik lain, maka tes DNA bisa dilakukan untuk menentukan jenis
kelainan genetik yang menjadi penyebabnya.
Pengobatan
craniosynostosis
Craniosynostosis beserta tingkat keparahan
ringan atau menengah nir membutuhkan pengobatan yang berfokus. Dokter umumnya
akan menyarankan bayi Knda untuk dengan helm khusus yang berfungsi merapikan
bentuk tengkorak serta membantu perkembangan otak.
Aika craniosynostosis
parah, pemedahan wajib dilakukan untuk mengurangi serta mencegah tekanan otak,
menyampaikan ruang supaya otak bisa berkembang, serta merapikan bentuk tulang
tengkorak.
Ada dua jenis operasi yang bisa dilakukan untuk menangani
craniosynostosis, yaitu:
* Bedah endoskopi.
Bedah minimal invasif ini
cocok dilakukan untuk bayi berusia di bawah enam bulan, beserta syarat hanya
satu sutura yang bermasalah. Lewat operasi ini, sutura yang bermasalah akan
dibuka sehingga otak bisa berkembang secara normal.
* Bedah
terbuka.
Operasi jenis ini dilakukan untuk bayi di atas enam bulan, serta nir
hanya untuk mengatasi sutura yang bermasalah, akan tetapi jua memperbaiki bentuk
tulang tengkorak yang nir proporsional. Masa pemulihan pascaoperasi bedah
terbuka lebih lama dibandingkan beserta bedah endoskopi.
Terapi helm bisa
diberikan untuk merapikan bentuk tulang tengkorak setelah bedah endoskopi, akan
tetapi kepada bedah terbuka terapi ini nir diharapkan.
Komplikasi
yang mungkin terjadi yang akan terjadi
craniosynostosis
Craniosynostosis ialah kondisi yang wajib
segera ditangani secepat mungkin. Jila ditunda, anak berisiko mengalami gangguan
otak. Selain itu, bisa jua menyebabkan cacat bentuk paras yang bisa
mengurangi kualitas hidup anak di masa depan.
Bayi yang mempunyai
craniosynostosis berfokus berisiko mengalami peningkatan tekanan dalam
tengkoraknya. Aika nir ditangani, peningkatan tekanan tengkorak ini bisa
menyebabkan keterlambatan perkembangan, gangguan fungsi kognitif, kebutaan,
kejang, bahkan kematian (meski jarang terjadi).
loading...
Penulis: upiknugroho8117
0 komentar untuk Kenali Craniosynostosis, Ketika Tengkorak Kepala Bayi Tak Terbentuk Sempurna